Relevansi Pendidikan Dengan Kehidupan Masih Rendah
NU Online · Senin, 14 Juli 2003 | 09:08 WIB
Jakarta, NU Online
Relevansi pendidikan di Indonesia dengan kehidupan masih rendah, sehingga banyak lulusan yang menganggur, kata Kepala Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengambangan Depdiknas Dr Siskandar MA.
Sejak 1990 angka pengangguran yang dihadapi lulusan SMU 25,47 persen, diploma 27,5 persen, dan perguruan tinggi 36,6 persen, katanya pada seminar "Kebijakan Depdiknas di Era Reformasi/Desentralisasi Pendidikan" di Semarang, Senin.
<>Ia mengatakan, perubahan struktur ekonomi dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam era globalisasi serta pergeseran dari pemerintahan yang terpusat menjadi desentralisasi merupakan tantangan dan peluang tepat dalam merancang dan mengimplementasikan pendidikan.
Selain relevansi, katanya, dunia pendidikan di Indonesia masih menghadapi sejumlah masalah, yakni mutu dan efisiensi. Menurut dia, mutu pendidikan dapat disimak dari hasil studi internasional bahwa penguasaan siswa SLTP pada mata pelajaran IPA dan matematika pada peringkat 32 dan 34 dari 40 negara yang
diteliti.
Hasil ujian akhir nasional SLTP dan SMU dengan batas nilai kelulusan rata-rata 6,0 secara nasional belum meluluskan 100 persen, bahkan ada sekolah yang 30 persen siswanya tidak lulus.
"Kita patut mensyukuri secara nasional angka tidak lulus relatif kecil, kita seharusnya tercambuk untuk bekerja lebih keras lagi karena batas 6,0 bukan tingkat penguasaan atau ketuntasan yang aman, dengan kata lain belum kompetitif," katanya.
Kondisi itu, katanya, mendorong untuk melakukan penyempurnaan berbagai komponen bidang pendidikan dan salah satu komponen yang perlu disempurnakan adalah kurikulum.
Selama ini, kata dia, terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan akademik dan lebih khusus lagi hanya aspek kognitif.
"Pandangan tersebut membawa dampak terabaikannya aspek-aspek moral, akhlaq, budi pekerti, seni olahraga serta ’life-skill’," katanya.
Dengan pertimbangan itu, kata dia, dilakukan penyempurnaan kurikulum dengan pendekatan berbasis kompetensi yang akan dilaksanakan mulai tahun 2004/2005.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan, yakni pengetahuan,
keterampilan, dan nilai serta pola berpikir dan bertindak sebagai refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari apa yang telah dipelajari siswa.(ant/mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyiapkan Bekal Akhirat Sebelum Datang Kematian
2
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
3
Khutbah Jumat: Tetap Tenang dan Berpikir jernih di Tengah Arus Teknologi Informasi
4
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Pengurus PP ISNU Masa Khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Perhatian Islam Terhadap Kesehatan Badan
6
Tuntutan Tak Diakomodasi, Sopir Truk Pasang Bendera One Piece di Momen Agustusan Nanti
Terkini
Lihat Semua