Warta

Rakyat Palestina Tunggu Berita, Khawatirkan Situasi Pasca Arafat

NU Online  ·  Sabtu, 6 November 2004 | 03:33 WIB

Ramallah, NU Online
Rakyat Palestina menunggu dengan penuh harapan dan kecemasan menyangkut perkembangan terakhir kondisi pemimpin mereka, Presiden Yasser Arafat, hari Jumat, dengan memperlihatkan keprihatinan mengenai siapa yang akan mengambilalih posisinya jika dia wafat.

Di kota Ramallah, Tepi Barat, kantor pusat Arafat yang dikenal dengan sebutan Muqataa, sejumlah pedagang mengatakan mereka ragu apakah kehidupan mereka bakal berubah banyak jika Arafat akhirnya digantikan oleh orang yang berasal dari lingkaran dalamnya.

<>

Di luar halaman kantor pusat Arafat, yang di gedung itu pria 75 tahun tersebut dikenai tahanan rumah oleh Israel selama hampir tiga tahun sebelum diangkut ke Paris guna memperoleh perawatan medis sepekan lalu, beberapa ratus orang, yang menunggu dengan penuh kecemasan menyangkut nasib Arafat, siaga sepanjang malam.

Namun tidak terdengar ribut-ribut aksi unjuk rasa dan kawasan itu hampir sepi hari Jumat pagi, yang biasanya menjadi hari umat Muslim menggelar aksi unjuk rasa.

"Rakyat mencintai Arafat, tapi mereka tidak mengetahui apa yang sedang terjadi dan mereka tidak percaya para pemimpin di sekitar mereka," kata Hanna Asbah (19), penganut Kristen yang mengelola satu toko perhiasan dengan pamannya di Manara, di pusat kota Ramallah.

"Kami tidak tahu apapun, kami tidak punya informasi apapun. Rakyat tidak ingin ke Muqataa dengan tujuan takziah pada kematian Yasser Arafat dan mereka tidak percaya pada para pejabat di sekeliling Arafat, sehingga kami tidak perlu datang bila saat itu tiba".

Arafat gagal menggambarkan pengganti yang jelas dan sementara dia menjadi simbol perjuangan kemerdekaan setelah hampir separuh abad, rakyatnya kurang terpikat dengan para pejabat lainnya di dalam pemerintahan Otnomi Palestina yang dililit korupsi.

Seorang penjual sayuran di pasar Manara menyatakan "seluruh orang di sekitar Arafat adalah orang-orang kotor".

Arafat sedang berada di "antara hidup dan mati" di rumah sakit militer Percy, di sebelah baratdaya Paris tapi tidak mengalami "kematian otak", kata Utusan tetap Palestina untuk Perancis, Leila Shahid kepada radio Perancis.

Sumber-sumber medis Perancis menyatakan pemimpin Palestina itu berada dalam kondisi koma yang tidak dapat berubah dan tidak mungkin pulih.

"sejumlah di antaranya mengatakan dia baik-baik saja, yang lain mengatakan dia meninggal. Kami tidak dapat mempercayai orang-orang di sekitar Arafat, bahkan informasi seputar kesehatannya," kata seorang dealer perangkat keras yang meminta namanya dirahasiakan.

"Saat Arafat meninggal, orang-orang yang sama akan menduduki kursi kekuasaan," katanya menambahkan, sebagai satu cara menjelaskan mengapa rakyat Palestina tidak berbondong-bondong melakukan aksi unjukrasa di Muqataa.

"Abu Mazen merupakan tokoh yang dipandang paling mampu menggantikan Arafat," kata Said Amru (19), seorang mahasiswa teknologi, yang tetap melek hingga malam hari dengan teman-temannya di luar halaman markas besarnya.

Mahmud Abbas atau Abu Mazen kini menjadi orang nomor dua di dalam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), dan dipandang sebagai tokoh barisan depan yang dapat menggantikan Arafat.

"Rakyat menyukai Abu Amar (Arafat) tapi mereka tahu dia tidak ada di sana," kata penjual pakaian berusia 32 tahun Zaki Rimawi.

"Mereka tidak tertarik kepada yang lainnya dan dalam kesempatan apapun, banyak orang punya masa-masa sulit untuk bertemu sehubungan dengan penutupan jalan oleh Israel di daerah tepian kota," katanya menambahkan.

Israel memberlakukan tindakan keras di Tepi Barat, Jumat dan meningkatkan keamanan di sekitar kompleks Masjidil Aqso Jerusalem di tengah kekhawatiran terjadi kerusuhan yang meluas ketika Arafat dikhabarkan tewas.

"Apa yang ingin anda minta saya katakan? Sebagian besar orang tidak memperoleh apapun dari pemerintahan ini," kata toko penjual suku cadang mobil merujuk pada Otonomi Palestina.

"Ketika Israel menyerbu Ramallah, para pejabat pemerintah mengirim anak dan isteri mereka ke Jordania dan Kairo dan tak ada satupun yang mengetuk pintu kami untuk bertanya ’Anda memerlukan sesuatu?’", katanya dengan ketus.

"Abu Ammar adalah seorang pemimpin tapi mafia berada di sekitarnya, dan mafia inilah yang menghancurkan hubungan yang dimilikinya dengan rakyat," kata pemilik toko onderdil mobil itu.(an/mkf)