Warta

Puluhan Ulama Beri Penghormatan Terakhir Bagi Pak Ud

Senin, 15 Januari 2007 | 10:26 WIB

Jombang, NU Online
Puluhan ulama dan ribuan pelayan tampak terus berdatangan ke Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim, Senin pagi, untuk memberi penghormatan terakhir bagi putra pendiri NU Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari, yakni KH Yusuf Hasyim (Pak Ud).

KH Abdullah Faqih (Langitan, Tuban) menjadi imam sholat jenazah ke-42 di Masjid Pesantren Tebuireng, Jombang. Ulama lain yang datang bertakziah antara lain KH Nurul Huda Djazuli (Kediri) dan KH Ali Masyhuri (Gus Ali) dari Tulangan, Sidoarjo, dan Ketua Umum PBNU DR HC KHA Hasyim Muzadi yang sudah datang sejak semalam.

<>

Sementara itu, pengasuh utama Pesantren Tebuireng Ir KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) sudah datang ke Jombang pada Minggu (14/1) pukul 00.00 WIB, namun mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang kakak Gus Sholah dan juga keponakan Pak Ud tak bisa datang karena sakit.

Dari kalangan pejabat yang melayat antara lain Gubernur Jatim H Imam Utomo pada Minggu (14/1) malam dan Kapolda Jatim Irjen Pol Herman S Sumawiredja pada Senin (15/1) pagi.

Sejumlah karangan bunga juga berdatangan, diantaranya dari mantan Presiden HM Soeharto (Pak Harto) dan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Tak Ada Pesan Khusus

Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Sholahuddin Wahid atau Gus Sholah, mengaku tidak ada pesan khusus sebelum KH Yusuf Hasyim atau Pak Ud meninggal dunia di RSUD dr Soetomo, Surabaya, Minggu (14/1) malam.

"Secara eksplisit tidak ada pesan khusus dari beliau, hanya yang paling saya ingat adalah kata-kata beliau pada bulan Februari 2006 lalu, bahwa dirinya sudah tua dan sudah saatnya menyerahkan kepemimpinan ponpes ini," kata Gus Sholah usai mengikuti prosesi pemakaman Pak Ud di Tebuireng, Jombang, Senin.

Pada saat itu, Gus Sholah sendiri mengaku kaget dengan pernyataan Pak Ud yang menyerahkan tampuk kepengasuhan Ponpes kepadanya secara tiba-tiba itu. "Saat itu saya tidak banyak diberi kesempatan bertanya karena beliau hanya mengatakan, kamulah yang pantas memegang pondok ini," ujar Gus Sholah menambahkan.

Setelah secara resmi menyerahkan tampuk pengasuh Ponpes Tebuireng kepada Gus Sholah pada bulan Juni 2006, Pak Ud sudah tidak lagi tinggal di kediaman yang berada di sebelah barat pintu gerbang salah satu ponpes tertua di Jatim itu.

Pak Ud memilih tinggal di sebelah selatan Pasar Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang dengan sesekali mengunjungi Ponpes Tebuireng yang sudah lama diasuhnya itu.

Fenomena yang terjadi pada bulan Juni 2006 itu sangat menarik, lantaran sangat jarang seorang pengasuh ponpes salaf menyerahkan tampuk kepemimpinannya kepada anggota keluarganya ketika masih hidup.

Lazim ditemui, pengasuh ponpes salaf akan berganti dengan sendirinya ketika pengasuhnya sudah mangkat. Namun Pak Ud telah memberikan pelajaran sangat berharga kepada kalangan ulama.

Lebih lanjut, Gus Sholah mengatakan, khusus untuk mengembangkan pengajaran ilmu di bidang agama, sudah banyak tenaga pengajar yang mampu di lingkungan Ponpes Tebuireng.

"Sekarang tinggal kami kembangkan lebih maju lagi dengan mendirikan Ma’had Ali yang merupakan sebuah lembaga pendidikan tinggi di bidang kajian kitab kuning, mulai tahun ini," ujarnya menjelaskan.

Sedang di bidang ilmu umum, Gus Sholah telah menyusun program tahap awal mengenai perbaikan peningkatan kualitas tenaga pengajar, bahkan kalau perlu diberi kesempatan belajar di luar negeri.

Pak Ud meninggal dunia di RSUD dr Soetomo, Surabaya, Minggu malam dalam usia 78 tahun akibat menderita radang paru-paru. Sehari sebelum meninggal dunia, Pak Ud dibesuk Wapres Jusuf Kalla di Graha Amerta RSUD dr Soetomo, Sabtu (13/1) sore. (ant/sbh/mad)