Warta TAUSHIYAH RAMADHAN

Puasa Seimbangkan Kesalihan Ritual dan Sosial

NU Online  ·  Jumat, 20 Agustus 2010 | 12:36 WIB

Brebes, NU Online
Puasa Ramadha, selain menjadi perintah wajib bagi umat Islam juga mampu membentuk pribadi yang salih ritual dan salih sosial. Melalui kesalihan ritual dan sosial muaranya menuju jiwa-jiwa takwa. Tetapi, pembentukannya tidak serta merta bagaikan membalikan telapak tangan.

“Diwajibkannya Puasa Ramadhan mampu menyeimbangkan kesalehan ritual dan sosial menuju insan yang takwa pada Allah SWT,” terang Ketua Yayasan Masjid Agung Brebes (MAB) Drs. KH Rosjidi kepada NU Online, Jumat (20/8).<>

Dengan berpuasa, lanjut Kiai, kita dilatih mengekang hawa nafsu. Termasuk menerapkan kesabaran dan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, ada kendali nurani untuk terus bersabar dan berbuat jujur mengantarkan pada tindakan-tindakan yang saleh.

Kesalihan ritual terwujud lewat berbagai kegiatan seperti dzikir, tadarus, shalat tarawih dan amalan lain-lainnya. Puasa ini, pahalanya langsung dari Allah SWT sehingga yang mengerti puasa itu dirinya sendiri dan Allah SWT. “Orang lain tidak akan mengerti kalau orang itu benar-benar puasa atau pura-pura puasa,” terangnya.

Dari jaminan dilipatgandakannya pahala, lanjut Kiai, maka secara ritual orang-orang yang beriman saling berlomba menuju kebajikan. Di situ pula tercipta kesalehan social. Karena masing-masing individu akan menolong orang lain, menyalurkan sodaqohnya, memupuk kebersamaan dan berbagai aktivitas kemanusiaan.

“Rasa peduli sosial akan meningkat ketika bulan puasa,” ujar Kiai Rosjidi yang juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kab. Brebes itu.

Orang berpuasa, sambungnya, akan mampu merasakan penderitaan si miskin. Hatinya pun tergerak untuk bisa berbuat banyak terhadap sesama. Yang tadinya enggan bersodaqoh jadi bersodaqoh. Yang dulu tak teringat zakat, berubah menyalurkan zakat.

“Dengan menunaikan segala yang diperintahkan Allah SWT dan mampu menjauhi larangan-Nya, otomatis akan menjadi manusia yang bertakwa, Amin,” pungkas Kiai Rosjidi. (was)