Warta

Profil Ketua Umum PP Fatayat ; Dra. Hj. Siti Marhamah Mujib, MA.

NU Online  ·  Sabtu, 9 Juli 2005 | 13:52 WIB

Jakarta, NU Online
Dra. Hj. Siti Marhamad Mujib MA., salah satu wakil ketua PP Fatayat saat ini memantapkan diri untuk menjadi calon dalam kongres ke XIII fatayat di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta 10-14 Juni untuk mengembangkan lebih lanjut organisasi pemuda perempuan NU ini.

Tak banyak diketahui orang, aktifis senior fatayat yang selalu tampil modis ini dilahirkan di Klungkung Bali  pada 12 Juni 1964. darah Bali yang sebenarnya, bukan orang NU Jawa yang tinggal di Bali. Dikatakannya bahwa mendiang neneknya masuk Islam ketika kawin dengan orang Bugis yang berlayar di Bali.

<>

Namanya sama sekali juga tak mengandung tradisi Bali seperti Wayan, Made, Ketut dan lainnya. Bagi umat Islam Bali nama ini penting untuk menunjukkan identitas bahwa mereka beragama Islam.

Karena ingin mendidik anaknya dengan suasana yang lebih Islami, pada usia SMP ia dikirimkan ke Rambipuji Jember untuk mondok disana. Madrasah Aliyah diselesaikan di MA Masyitoh  di Ponpes Assidiqi Putri yang diasuh oleh KH Ahmad Siddiq, mantan rais aam PBNU. Kesukaannya untuk berorganisasi membuat dia terpilih menjadi ketua OSIS kala itu.

Selanjutnya ia dikirimkan ke Jakarta untuk belajar di Institute Ilmu Qur’an (IIQ) dan menyelesaikan studi ekonomi Islam di UIN Ciputat. Di IIQ-lah ia mulai kenal dengan para aktifis NU dengan keikutsertaannya di PMII. Dan di organisasi inilah ia juga mendapatkan jodohnya, sesama aktifis PMII, Mujib Rahman yang saat ini menjadi anggota DPR RI dari Fraksi Golkar.

Selama di IIQ, ia juga menjabat sebagai ketua himpunan mahasiswi IIQ. Aktifitasnya di IPPNU yang membuatnya menjadi sekjen pada periode 1988-1992 diakuinya sebagai pengalaman yang tak disengaja. Kala itu masih pengantin baru dan sang suami masih aktif di PB PMII sedangkan kontrakan jauh, maka diputuskan untuk aktif di IPPNU agar bisa selalu bersama, dan akhirnya keterusan aktif di organisasi pelajar NU ini.

Selanjutnya ia langsung masuk ke Fatayat dengan mengelola satu departemen. Namun ketika Fatayat dipimpin oleh Dr. Sri Mulyati pada periode ke II, ia sudah masuk ke pengurus harian. Pada kepemimpinan Maria Ulfa Anshori periode 2000-2005 ia menjadi salah satu wakil ketua. Lamanya aktifitas di Fatayat membuat ia cukup disegani dikalangan rekan-rekannya.

Selain di Fatayat, selama dua periode ia juga merupakan salah satu ketua KNPI. Saat ini ia juga menjadi salah satu ketua Kowani. Sementara itu aktifitas lainnya adalah mengajar di Yarsi selama tiga hari seminggu.

Aktifitasnya di Fatayat dianggapnya tak mengganggu kegiatan keluarga. Dua putrinya sudah remaja, sudah duduk di SMP dan SMA dan selalu diantarnya ketika sekolah. Kegiatan belajar sang anak juga selalu disempatkan untuk dikontrol untuk memastikan mereka belajar dengan baik.

Kembangkan Capacity Building

Baginya hal yang perlu dikembangkan Fatayat untuk periode mendatang adalah pengembangan capacity building dengan fokus penataan kelambagaan. Dari pengalamnnya turun ke daerah selama ini, ia melihat bahwa banyak cabang atau wilayah yang tak punya kantor dan ketika ada konflik arsip organisasi selalu dibawa ke rumah sang ketua sehingga pengurus baru harus memulai dari nol.

Kepemimpinan Maria Ulfa Anshori saat ini juga dinilainya cukup berhasil, terbukti dari pengakuan publik kepadanya. Namun ketika melihat kondisi internal, tak dapat dipungkiri bahwa masalah kaderisasi dan konsolidasi menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Untuk program yang sudah berjalan dengan baik seperti kemitraan, pemberdayaan SDM tentu saja akan diteruskan.

Dicontohkannya bahwa daerah-daerah tertentu seperti Papua sama sekali tak tersentuh. Mereka hanya ikut kegiatan dari kongres ke kongres sehingga kondisinya sangat tidak kondusif.

Pendanaan bagi organisasi juga hal yang tak dapat diabaikan. Karena itu pengembangan ekonomi berbasis anggota untuk mengembangkan organisasi menjadi bagian dari programnya. Menggantungkan diri pada funding tentu saja tak bisa karena mereka yang menentukan ya atau tidaknya suatu program.

Untuk kegiatan pemberdayaan perempuan, hal yang sangat penting baginya adalah peningkatan kesehatan reproduksi. Kondisi perempuan saat ini menentukan nasib bangsa ke depan. Ada suatu rentetan panjang.

Sosialisasi tentang pemahaman peran perempuan termasuk hal yang perlu dilakukan. Saat ini pemahaman mereka masih leterlek dan dangkal. Semuanya masing katanya… katanya… sedangkan kyai atau ustadz yang mereka percayai perspektifnya juga belum tepat. Banyak hal tentang penafsiran ayat atau hadist yang masih perlu diluruskan.

Kesalahpahaman inilah yang seringkali menimbulkan kekerasan dala