Warta

Prof. Chobitul Umam: Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan Tak Mesti Sama

NU Online  ·  Selasa, 2 November 2004 | 03:34 WIB

Jakarta, NU Online
Anggapan bahwa Islam merendahkan derajat perempuan merupakan anggapan yang salah. Bahkan Islamlah yang mengangkat derajat perempuan yang pada zaman jahiliyah. Pernyataan ini diungkapkan oleh Rais Syuriyah PBNU Prof. Chotibul Umam.

“Keseteraan tidak sama persis karena laki-laki dan perempuan. Mereka memiliki sifat yang berbeda, laki-laki memiliki zakar dan perempuan memiliki farji. Tapi kalau pekerjaan sama boleh, wanita karir juga boleh. Tapi kalau semua sama kan tidak mungkin. Kalau naik genting laki dong, kalau bocor mestinya kan yang laki, tapi kalau soal begitu mereka menerima kan,” tandasnya.

<>

Rektor Institut Ilmu Qur’an ini menjelaskan bahwa ada ayat-ayat dalam Al Qur’an yang bersifat dhonni dan ada yang bersifat qot’i. Ayat yang tafsirnya bisa berubah sesuai dengan konteks zaman adalah ayat dhonni sedangkan yang bersifat qot’i tidak bisa dirubah, dan ini jumlahnya sangat sedikit.

Ia secara tegas nyatakan ketidaksetujuan atas pelarangan poligami dan beberapa item lainnya yang bertentangan dengan Qur’an yang diusulkan kelompok pengarusutamaan gender dalam counter legal draft kompilasi hukum Islam.

“Tuhan menetapkan hukum sudah berdasarkan keadilan, walaupun sebagian orang menganggapnya tidak adil, seperti laki-laki bisa kawin lebih dari satu. Kalau dibalik, misalnya wanita bisa kawin lebih dari satu, malah bisa menimbulkan penyakit kotor. Yang jelas pelarangan itu tidak benar. Itu harus ditentang,” tandasnya.

Beberapa hal yang masih bisa diperdebatkan dan bisa disesuaikan dengan konteks zaman mungkin seperti soal pajak. Namun, kalau soal waris, mungkin tidak bisa dirubah karena hal ini sudah bersifat qot’i.

Berkaitan dengan keharusan pencatatan hukum, itu boleh-boleh saja berdasarkan hukum negara saja dan tidak ada kaitannya dengan sahnya perkawinan. “Hukum ini bisa dirubah dan juga harus diberi alternatif lain,” tandasnya.(mkf)