Polisi-PKB Sama-Sama Terburu Sikapi Kasus Lumajang
NU Online · Kamis, 11 Desember 2003 | 03:02 WIB
Jakarta, NU Online
Peneliti LIPI DR Hermawan Sulistyo yang akrab dipanggil Kiki berpendapat bahwa polisi dan PKB sama-sama terburu-buru dalam menyikapi kasus pembunuhan KH Asmuni Ishak di Jatiroto, Lumajang, Jatim pada 27 November lalu.
"Saya sendiri belum dapat menyimpulkan, karena saya belum memiliki data untuk itu, tapi kalau polisi menyimpulkan kriminal dan publik dari PKB menyimpulkan politis tentu tergesa-gesa," katanya di sela-sela semiloka LP3 Jatim di Surabaya, Rabu.
<>Ia mengemukakan hal itu menanggapi kasus pembunuhan KH Asmuni Ishak (Ketua Dewan Syuro DPAC PKB Jatiroto, Lumajang) yang menjadi kontroversi, mengingat kasus itu dicurigai mirip kasus pembunuhan dengan topeng ninja pada 1998.
Menurut staf ahli di PTIK itu, pola pembunuhan di Lumajang ada kecenderungan sama dengan pola pembunuhan terkait kasus ninja pada 1998, namun kesimpulan ke arah sana belum cukup data, apalagi kejadiannya hanya 1-2 kasus.
"Kalau bicara kemungkinan justru kombinasi motif kriminal dan politis itu ada dengan tujuan mengacaukan stabilitas keamanan, tapi kalau dikatakan untuk menggagalkan Pemilu 2004 tentu kesimpulan itu terlalu jauh," katanya.
Peneliti yang juga kolumnis di berbagai media massa itu mengatakan hal itu baru dari kasus pembunuhan itu dibanding di masa lalu adalah sikap publik yang cukup cepat dalam menanggapi karena masyarakat sekarang memang masyarakat transparan.
Hingga kini, tim gabungan Polres Lumajang, Polwil Besuki, dan Polda Jatim telah menangkap empat orang dan dua orang diantaranya dicurigai sebagai pembunuh sesuai keterangan puluhan saksi lain dan barang bukti berupa celana dan 12 lokasi ceceran darah.
"Polisi belum menetapkan dua orang yang dicurigai itu sebagai tersangka, karena polisi akan membuktikan kecurigaan itu secara ilmiah melalui tes DNA," kata Direktur Reserse Kriminal (Reskrim) Polda Jatim Kombes Pol Drs Sutarman (8/12).
Dalam kasus pembunuhan itu, Ketua Dewan Syuro DPP PKB KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menilai kasus pembunuhan itu bertujuan untuk menggagalkan Pemilu 2004 dalam bentuk mengacaukan stabilitas keamanan.
Namun, polisi menilai kriminal karena polisi melihat pembunuhan secara yuridis adalah fakta kriminal, sedangkan motif belum diketahui, apakah kriminal atau politis, karena kesimpulan itu masih tergantung penangkapan tersangka.(mkf)
Terpopuler
1
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
2
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
3
Rekening Bank Tak Aktif 3 Bulan Terancam Diblokir, PPATK Klaim untuk Lindungi Masyarakat
4
Advokat: PT Garuda dan Pertamina adalah Contoh Buruk Jika Wamen Boleh Rangkap Jabatan
5
Hadapi Tantangan Global, KH Said Aqil Siroj Tegaskan Khazanah Pesantren Perlu Diaktualisasikan dengan Baik
6
Israel Tarik Kapal Bantuan Handala Menuju Gaza ke Pelabuhan Ashdod
Terkini
Lihat Semua