Warta

PMII Punya Andil Seret Kiai ke Kancah Politik

NU Online  ·  Senin, 27 Juli 2009 | 09:04 WIB

Jakarta, NU Online
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai organisasi kemahasiswaan yang berbasis NU ikut andil dalam menyeret kiai-kiai pesantren ke kancah politik. Pada situasi tertentu PMII memang sengaja melibatkan kiai-kiai untuk berpolitik.

Demikian disampaikan Ketua Majelis Pembina Nasional PMII H Muhyidin Arubusman saat memberikan pengantar dalam Lokakarya Nasional Aswaja di ruang pertemuan lantai 8 gedung kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (27/7).<>

“PMII terutama yang senior-senior itu punya kontribusi besar dalam menyeret kiai-kiai ke pusaran politik. Jadi sebenarnya kita tidak bisa menyalahkan orang-orang tua,” katanya.

Terseretnya kiai-kiai pesantren ke pusaran politik, kata Muhyidin, menyebabkan terjadinya distorsi nilai-nilai. Masyarakat juga tidak lagi mempunyai pegangan nilai karena tokoh-tokoh keagamaan sudah dilihat sebagai politisi.

Menurutnya, PMII saat ini bertugas untuk mempersepsikan kembali kiai sebagai tokoh keagamaan kepada masyarakat. “Bahkan, sebenarnya malah tidak harus berbicara tapi cukup berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh kiai-kiai, ini sama saja dengan mempersepsiakan kiai,” katanya.

Lokakarya Nasional Aswaja itu diadakan oleh Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII DKI Jakarta, dihadiri oleh perwakilan PKC seluruh Indonesia. Lokakarya dengan tema “Memaknai dan merumuskan kembali Aswaja sebagai landasan dan inspirasi gerakan” akan berlangsung di Jakarta, hingga 29 Juli nanti.

Muhyiddin Aruibusman saat memberikan pengantar lokakarya itu mengaku terkejut PKC PMII Jakarta mengadakan lokakarya dengan tema Aswaja (Ahlussunnah wal Jamaah).

“Isu yang diangkat PMII Jakarta biasanya tidak seperti ini. Saya bahagia, di saat terjadi distorsi nilai-nilai, PMII kembali membicarakan tentang Aswaja,” katanya.

Hal senada disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar PMII Rodli Kailani. ”Biasanya tema yang diangkat PMII Jakarta adalah seputar advokasi dan gerakan. Lokakarya ini tergolong serius karena membicarakan tentang Aswaja,” selorohnya. (nam)