Warta

PMII: Mengkritik Hasyim Bukan Sikap Fair

NU Online  ·  Senin, 10 Agustus 2009 | 04:06 WIB

Jakarta, NU Online
Kekalahan Jusuf Kalla (JK) pada pilpres 2009 berimbas pada dinamika NU. Bukan semata-mata lantaran JK berasal dari NU, lebih dari itu, keberpihakan politik mencolok Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi kepada capres nomor urut tiga ini, belakangan juga telah menyebabkan kekecewaan banyak pihak.

Kalangan aktivis muda NU yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menilai, sikap kecewa itu sebenarnya wajar, tetapi menjadi kurang fair jika ekspresi kekecewaannya dilakukan dengan menggugat kepemimpinan PBNU.<>

“Belakangan ada beberapa elemen NU yang kecewa lalu mengkritik kepemimpinan Kiai Hasyim (Hasyim Muzadi-red) karena NU dinilai kalah. Coba kalau menang pasti dipuji-puji. Kan gak fair,” kata Ketua PB PMII Adien Jauharudin saat diskusi aula gedung Mahbub Djunaedi Jl Salemba Tengah, Jakarta, Ahad (9/8).

Dia mengatakan, pada prinsipnya sikap kritis memang harus terus ditempa. Tak terkecuali di lingkungan NU. Namun untuk menumbuhkan kritisisme ini, tetap harus disesuaikan dengan waktu dan tempatnya. Sikap kritis yang seharusnya ditumbuhkan, ungkap mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Jakarta ini, adalah yang berkesinambungan dan memiliki konsistensi. “Kalau mau mengkritik kenapa gak dari dulu-dulu,” tandasnya.

Senada dengan Adien, Ketua Lembaga Kajian PB PMII Didik Suyuthi berharap, menjelang Muktamar NU Januari 2010 mendatang, segenap elemen muda NU bisa mengambil posisi yang tepat. Sebagai elan vital penerus tradisi dan ajaran ahlussunnah wal jamaah, menurut aktivis asal Malang ini, sudah saatnya kaum muda tidak terjebak pada blok-blok posisi tertentu dan memulai start perjuangan mereka secara mandiri.

“Biarlah kelompok-kelompok struktural, kultural, atau kelompok yang menamakan dirinya liberal itu memperkuat posisinya masing-masing. Posisi kita kedepan adalah bagaimana menjaga, mensinergikan semuanya sebagai aset NU, jangan sebaliknya,” ujarnya. (sam)