Kehidupan pondok pesantren nyaris luput dari berbagai pemberitaan di media masa. Hal ini disinyalir memicu terjadi diskiriminasi pemerintah dalam menentukan kebijakan di bidang pendidikan. Padahal, pesantren telah secara nyata mencerdaskan kehidupan bangsa. Kehidupan di pesantren sangat dinamis,Ā termasuk kuatnya tradisi pembelajaran yang unik dengan kurikulum yang tiada banding. Pesantren telah memperkokoh ketahanan moral bangsa dan melahirkan tokoh-tokoh kaliber nasional maupun internasional.
āDari pesantren, terlahir tokoh-tokoh militan yang kredibel meskipun dalam kemasan tradisional,ā ujar Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar Drs H Nasrudin saat menyampaikan materi Pelatihan Jurnalistik NU Online tingkat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Gedung PCNU Jalan Yos Sudarso 36 Brebes, Ahad (6/3).<>
Dari pesantren, lanjutnya, juga terjadi penguatan nasionalisme. Indonesia bisa merdeka karena kuatnya pesantren. āMoral bangsa makin kuat, karena nilai-nilai pembelajaran pesantren diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa,ā ungkap Anggota anggota Komisi X DPR RI itu.Ā
Sayangnya, sumbangsih pesantren luput dari pemberitaaan media masa sehingga selama puluhan tahun pemerintah bersikap diskriminatif pada pendidikan pesantren. Padahal sama-sama mencerdaskan kehidupan bangsa. Tempo dulu, pemerintah terbukti tidak menganggarkan pendidikan di pesantren.
Selama ini apapun kegiatan dipesantren, di sokong dari dana swadaya pengasuh, pengelola, wali santri dan sumbangan yang tidak mengikat. Meski dengan pola swadaya, ternyata pesantren makin maju meskipun tidak sedikit yang kembang kempis untuk bertahan hidup. Dia berharap, NU Online sebagai situs resminya PBNU harus lebih getol menyiarkan pemberitaan pesantren dengan segala pernak-perniknya. Sehingga semua pihak bisa melihat secara gamblang kehidupan pesantren.
Nasrudin menilai, setelah Meteri Pendidikan di pegang Moh Nuh yang pernah nyantri, kini pesantren mulai diperhatikan pemerintah. Menteri pendidikan akhir-akhir ini lebih banyak berkunjung ke pesantren ketimbang ke lembaga pendidikan formal. Antara lain kini telah dikembangkan SMK berbasis pesantren. āMadrasah diniyah dari awaliyah, wustho, ulya hingga kuliyah juga sedang dirumuskan pemberian Bantuan Operasional Madrasah,ā pungkasnya.
Ketua Panitia Pelatihan Jurnalistik NU Online Se-Jawa Tengan dan DIY Wasdiun menjelaskan, pelatihan ini diikuti oleh 35 peserta dari Jateng dan 7 peserta dari DIY. Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari itu di ikuti utusan dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota dan Kabupaten se Jateng dan DIY. (was)
Terpopuler
1
Ramai Bendera One Piece, Begini Peran Bendera Hitam dalam Revolusi Abbasiyah
2
Gus Yahya: NU Bergerak untuk Kemaslahatan Umat
3
Munas Majelis Alumni IPNU Berakhir, Prof Asrorun Niam Terpilih Jadi Ketua Umum
4
Ketum PBNU Resmikan 13 SPPG Makan Bergizi Gratis di Lingkungan NUĀ
5
Di Tengah Fenomena Bendera One Piece Badan Siber Ansor Ajak Generasi Muda Hormati Merah Putih
6
Cek Kesehatan Gratis Sekolah Mulai 4 Agustus 2025, Sasar 53 Juta Siswa di Seluruh Indonesia
Terkini
Lihat Semua