Warta

Perlunya Menebar Islam dengan Seni-budaya

NU Online  ·  Sabtu, 24 April 2010 | 05:08 WIB

Jepara, NU Online
Dakwah yang berarti mengajak kepada kebaikan bukan melulu harus disampaikan dengan mauidhoh hasanah (ceramah keagamaan). Lebih dari itu, di era globalisasi seperti saat ini syiar Islam harus mengalami perubahan meskipun tujuannya sama. Salah satu caranya yakni dengan media seni dan budaya.

Penggunaan seni-budaya untuk berdakwah perlu dilakukan agar mustami'in (audien) tidak mengalami kejenuhan. Hal itu diungkapkan KH Nuruddin Amin, pengasuh Pondok Pesantren hasyim Asy'ari Jepara. Menurutnya, seni-budaya saat ini perlu disisipkan dalam setiap bentuk majlis taklim. tujuannya agar audien tidak mengalami titik kejenuhan.<>

Sementara itu, al-Zastrouw Ngatawi, pimpinan Ki Ageng Ganjur mengungkapkan pesantren selama ini diklaim sebagai sarang teroris. Apalagi, pelaku-pelaku pengeboman yang terjadi disana-sini didominasi oleh kalangan santri. Namun, sejatinya tidak demikian.

"Pesantren sama sekali tidak mengajarkan kekerasan. Sebaliknya, pesantren mendidik santri dengan materi akhlak, tasawuf, fiqh dan sebagainya," katanya dalam Pengajian Budaya bersama Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur di lapangan Bangsri Jepara, Jum'at (23/4) malam.

Sehingga, untuk meminimalisir klaim negatif tersebut pesantren perlu menebarkan Islam  dengan nuansa damai yakni dengan kesenian dan kebudayaan. Ia menyontohkan, Sunan Kalijaga, menggunakan gamelan sebagai media untuk menyiarkan Islam. Sehingga, saat ini tidak ada salahnya jika semua jenis alat musik disisipkan dalam dakwah Islam asalkan bertujuan ke arah yang positif.  

Keliling Tujuh Kota


Iwan Fals, al-Zastrouw Ngatawi, Ki Ageng Ganjur saat ini sedang melaksanakan Perjalanan Spiritual tentang lagu-lagu yang dipopulerkan Virgiawan Listyanto (nama asli Iwan Fals) ke tujuh kota: Pekalongan, Rembang, Pati, Jepara, Klaten, Yogyakarta dan Banyumas.

Adapun Pesantren Hasyim Asy'ari Bangsri Jepara merupakan lokasi keempat yang dikunjungi Iwan Fals. Iwan tetap membawakan lagu-lagu ciptaannya sedangkan Ki Ageng Ganjur yang mengiringi sementara al-Zastruow yang menafsirkan lagu-lagu dengan dalil al-Qur’an dan Hadits.

Zastrouw menambahkan, dipilihnya pesantren untuk perjalanan spiritual yakni dalam rangka mengembangkan seni budaya santri di era globalisasi. (qim)