Penulis buku "Syekh Siti Jenar" Achmad Chodjim mengatakan, ajaran Syekh Siti Jenar (SSJ) bukan momok yang harus ditakuti, karena isi ajarannya mengandung prinsip egaliter atau persamaan dalam setiap lini kehidupan.
"Ajaran SSJ ini yang mengedepankan prinsip egaliter dan sejak lama sudah memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM), bukan momok yang harus ditakuti," kata Chodjim pada diskusi "Kontroversi Ajaran Syekh Siti Jenas dan Relevansinya Kini" di Jakarta, Jumat.<>
Menurut Chodjim, selama ini stigma negatif terhadap SSJ masih ada hingga saat ini, padahal kehadiran SSJ pada masa abad ke-15 dalam mengajarkan agama Islam saat itu, bermaksud meluruskan adanya pembentukan strata sosial antara hamba dengan raja ataupun pengikut dan sunan.
"Islam mengajarkan prinsip persamaan dan tidak mengenal perbedaan kulit atau status, inilah yang ingin diluruskan SSJ pada zamannya," katanya.
Namun hal itu, lanjutnya, justru dianggap mengancam eksistensi kerajaan Demak, sehingga SSJ dikecam sebagai pembawa ajaran sesat.
Mengenai ajaran tarekat SSJ, ia mengatakan, ada sembilan pokok ajarannya yang masih relevan hingga saat ini diantaranya adalah tidak mengabsolutkan pendapat, menjadi manusia yang hakiki yaitu perwujudan dari hak, kemandirian dan kodrat.
Selain itu, segala sesuatu di alam semesta adalah satu dan hidup. Sebagai gambaran, air yang dinilai benda mati, itu sebenarnya hidup, dan hal itu sudah dibuktikan oleh peneliti Jepang bahwa air akan membentuk kristal yang indah saat diberikan ucapan yang indah-indah. Sebaliknya struktur kristalnya akan tidak beraturan dan jelek pada saat disumpahi atau dicaci-maki.
"Itu menunjukkan bahwa air memiliki unsur kehidupan karena dapat merespon yang di sekitarnya," katanya.
Dari sekian ajaran tersebut, lanjutnya, SSJ ingin menjelaskan bahwa agama adalah jalan hidup dan tidak boleh dijadikan alat kekuasaan negara/ kerajaan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penganutnya harus mendapat kebebasan untuk mengeksplorasi diri, sehingga dapat hidup tenang dan bahagia.
Chodjim telah menulis sedikitnya 16 judul buku, salah satu karyanya yang menjadi "best seller" adalah Syekh Siti Jenar (makna "kematian"), buku tersebut kini sudah cetakan yang ke-13.
Lelaki kelahiran Surabaya 1953 ini, mengisi berbagai diskusi dan kajian agama dengan latar belakang pendidikan agama yakni lulusan Pondok Pesantren Gontor, Darul Ulum dan Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Selain itu, menamatkan sarjananya di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan masternya di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya. (ant/mad)
Terpopuler
1
Inalillahi, Tokoh NU, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia KH Imam Aziz Wafat
2
Aksi ODOL Tak Digubris Pemerintah, Sopir Truk Mogok Kerja Nasional Mulai 13 Juli 2025
3
Mas Imam Aziz, Gus Dur, dan Purnama Muharramnya
4
Gus Yahya: Sanad adalah Tulang Punggung Keilmuan Pesantren dan NU
5
PM Spanyol Sebut Israel Dalang Genosida Terbesar Abad Ini
6
Al-Azhar Mesir Kecam Pertemuan Sekelompok Imam Eropa dengan Presiden Israel
Terkini
Lihat Semua