Warta

Pengamat: PKB Sekarang Sudah Mandiri

NU Online  ·  Jumat, 1 Januari 2010 | 00:28 WIB

Semarang, NU Online
Pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Teguh Yuwono menilai, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) saat ini sudah mandiri dan tidak lagi bergantung sepenuhnya pada sosok KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

"Kemandirian PKB sudah terlihat pasca-konflik berkepanjangan yang melanda dan akhirnya gugatan PKB kubu Gus Dur dikalahkan lewat proses pengadilan, sejak saat itu PKB sudah tidak banyak 'ditentukan' Gus Dur," katanya di Semarang, Kamis.<>

Terlebih lagi, kata dia, Gus Dur setelah itu juga mengimbau kepada para warga Nahdliyin untuk menjadi "golongan putih", dan Gus Dur justru dekat dengan kalangan partai-partai politik lain, seperti partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

"Para tokoh-tokoh muda NU kemudian juga banyak bermunculan dalam PKB dan dalam penyelenggaraan Pemilu 2009 lalu sudah teruji dengan menempati posisi sebagai partai menengah, meskipun tidak sebesar saat era Gus Dur," katanya.

Menurut dia, berkaitan dengan konflik berkepanjangan yang sempat melanda PKB saat itu memang memunculkan dua teori, yakni Gus Dur memang berkeinginan untuk membuat PKB mandiri, tangguh, dan sanggup melewati konflik yang melandanya.

Teori kedua, kata dia, Gus Dur saat itu terlalu banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu dan menggunakannya sebagai alat kepentingan politik, dengan kata lain Gus Dur menjadi "korban" konflik tersebut.

"Namun, saya cenderung melihat teori yang kedua, bahwa Gus Dur ketika itu terlalu percaya kepada 'pembisik-pembisik' yang belum tentu dapat dipercaya dan menjadikan suasana konflik semakin berkepanjangan," katanya.

Ditanya tentang kecenderungan aspirasi politik konstituen Nahdliyin sepeninggal Gus Dur, ia mengatakan, warga Nahdliyin sepertinya akan memencarkan dukungannya kepada partai Islam, seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

"Kemungkinan lain, warga Nahdliyin akan mendukung partai-partai beraliran nasionalis, seperti PDI Perjuangan, mengingat kedekatan sosok Gus Dur dengan Megawati Soekarno Putri, atau mendukung Partai Gerindra," katanya.

Menurut dia, wafatnya Gus Dur diakui memang menjadi tantangan besar bagi PKB untuk berjuang dalam Pemilu mendatang, karena Gus Dur merupakan simbol pemersatu, sebagai guru bangsa yang dikenal positif lewat perpolitikannya dan pluralisme.

Karena itu, kata dia, meskipun PKB sudah bersikap mandiri, namun tidak dapat optimal meraih dukungan suara dari konstituen warga Nahdliyin seperti era Gus Dur dan menjadi partai besar, kemungkinan PKB hanya mampu menjadi partai tengah. "Sosok seperti Gus Dur adalah tokoh yang tidak dapat dibuat, namun lahir secara alami melalui proses yang panjang dan momentum tepat, sampai saat ini memang belum ada tokoh dari Nahdlatul Ulama (NU) sekalipun yang sekaliber Gus Dur," kata Teguh. (ant/mad)