Warta

Pengacara Iran Raih Hadiah Nobel Perdamaian

NU Online  ·  Jumat, 10 Oktober 2003 | 21:49 WIB

Jakarta, NU.Online
Pengacara Iran Shirin Ebadi meraih Hadiah Perdamaian Nobel, Jumat atas usahanya membela hak-hak asasi manusia dalam satu penghargaan yang bertujuan mengilhami reformasi demokratik di seluruh dunia Muslim.

Komite Nobel Norwegia memuji Ebadi, salah satu hakim wanita pertama Iran sebelum revolusi Islam yang memaksa dia mengundurkan diri, atas usahanya yang dipusatkan pada hak asasi wanita dan anak-anak.

<>

Ebadi terpilih mendapat hadiah itu dari 165 calon termasuk Paus Yohannes Paulus dan mantan Presiden Ceko Vaclav Havel. "Saya sangat gembira dan bangga," katanya seperti disiarkan televisi publik Norwegia NRK melalui telepon dari Paris. "Itu adalah yang sangat baik untuk saya, sangat baik untuk hak-hak asasi manusia di Iran, baik untuk demokrasi di Iran dan khususnya hak anak-anak di Iran."

"Ia melihat tidak ada kontradiksi antara Islam dan  hak-hak asasi manusia," kata ketua komite Nobel beranggotakan lima orang itu Ole Danbold Mjoes. "Kami mengharapkan penghargaan itu akan menjadi inspirasi bagi semua mereka yang berjuang bagi hak asasi manusia dan demokrasi di negaranya, di dunia Muslim dan semua negara di mana perjuangan bagi hak asasi manusia memerlukan inspirasi dan dukungan," katanya.

Di Teheran, pemerintah reformasi Iran mengatakan pihaknya "gembira" atas penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian kepada aktivis hak asasi manusia Iran itu, Jumat.

 "Kami gembira bahwa seorang wanita Muslim Iran diakui oleh masyarakat internasional atas aktivitasnya dalam mewujudkan perdamaian," kata jurubicara pemerintah Abdollah Ramazanzadeh kepada AFP. "Kami mengharapkan kami dapat menggunakan lebih banyak pandangan keahliannya di Iran," katanya.

Wakil Presiden Ali Abtani mengatakan hadiah itu menyoroti peran aktip wanita Iran dalam usaha untuk menentukan bagaimana republik Islam itu dikelola.

Di Praha, mantan Presiden Vaclav Havel, Jumat mengucapkan selamat kepada Ebadi atas Hadiah Nobel Perdamaian yang diperolehnya. "Paus Yohannes Paulus mengirim sebuah pesan ucapan selamat kepada Ebadi", kata satu sumber Vatikan, Jumat.

"Kenyataan bahwa hadiah Nobel diberikan kepada seorang wanita Muslim adalah pertimbangan yang sangat memuaskan," kata sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya itu. Hadiah Nobel itu bernilai 10 juta crown Swedia (1,32 juta dolar AS) dan akan diserahkan di Oslo 10 Desembner.

Ebadi, wanita ke-11 yang memenangkan hadiah itu sejak hadiah tersebut diadakan tahun 1901, mengatakan akan pergi ke Oslo untuk menerima hadiah tersebut.

Ia mengatakan bahwa dirinya terkejut dan ia tidak punya waktu untuk memikirkan apa yang dilakukan menyangkut hadiah uang itu. Ebadi meraih satu hadiah hak asasi manusia terpisah di Norwegia tahun 2001, Hadiah Rafta.

Di negara saya, Iran, perjuangan masih terus dilakukan  bagi demokrasi dan hak asasi manusia, katanya, dalam sebuah tulisan tahun ini. "Rakyat Iran ingin mereformasi politik dan sistem hukum mereka," katanya.  Iran adalah salah satu dari tiga negara yang dicap oleh Presiden AS George W. Bush bersama Korea Utara dan Irak sebagai "poros kejahatan." (Reuters/Ant/AFP/Cih)