Warta

Pendidikan Moral Lebih Berhasil Melalui Contoh Perilaku

NU Online  ·  Jumat, 30 Mei 2008 | 06:59 WIB

Jakarta, NU Online
Upaya pendidikan moral anak dengan menunjukkan contoh perilaku yang sesuai dengan kaidah moral dan akibat yang harus ditanggung oleh mereka yang melanggarnya ternyata lebih efektif daripada hanya memberikan teori-teori melalui buku pelajaran.

Khatib Aam PBNU Prof Dr Nasaruddin Umar menceritakan metode pendidikan yang diterima anaknya di Amerika Serikat saat ia masih menempuh pendidikan doktor di sana beberapa tahun lalu<>.

Untuk menjauhi narkoba, anaknya yang masih menempuh pendidikan SD itu dibawa ke rumah sakit korban narkoba dan ditunjukkan akibat orang yang mengkonsumsi narkoba. Demikian pula agar berhati-hati di jalan, anak-anak ditunjukkan korban kecelakaan sehingga mereka lebih berhati-hati.

“Sistem ini ternyata lebih efektif, kunjungan yang hanya 30 menit sama dengan kuliah satu semester. Apa yang dilihatnya mengendap di alam bawah sadar dan menjadi acuan perilakunya,” katanya di Gedung PBNU, Kamis (29/5).

Ini dibuktikannya sendiri ketika pulang ke Indonesia, anak-anaknya meminta agar mematuhi rambu-rambu lalu lintas, meskipun ditengah malam yang sepi dan tidak ada ada kendaraan lain yang lewat.

“Anak saya tidak pernah belajar di pesantren sementara saya belajar di pesantren, tetapi penghargaan terhadap keselamatan dan keamanan lalu lintas lebih tinggi mereka,” ujarnya.

Demikian pula, upaya untuk menjaga kebersihan di sekolah sangat ditekankan oleh para gurunya sehingga mendorong anak untuk berperilaku hidup bersih. “Hanya 60 persen pelajaran dilakukan di kelas, sisanya di lapangan, belajar biologi di kebun binatang, pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran tertentu tidak di kelas,” katanya.

Dengan model belajar seperti ini, anak-anak menjadi senang untuk belajar sampai sangat susah baginya agar berhenti belajar. Ini berbeda dengan di Indonesia yang sangat susah untuk mengajak anak agar mau belajar. “Apa yang sebenarnya salah di negeri kita ini,” tanyanya.

Pembelajaran masalah agama memang satu kelemahan yang ada dalam sistem pendidikan di Amerika Serikat karena tak ada pendidikan khusus agama. Karena itu, anak-anak keluarga Indonesia menggunakan hari Sabtu-Minggu untuk belajar mengaji.

Nasaruddin menjelaskan, ia sempat diminta oleh guru anaknya agar tidak menambah pelajaran bagi anak-anak di akhir pekan karena otak anak akan overload karena itu perlu diistirahatkan, namun hal ini diabaikannya demi pendidikan agama bagi anak.

Perbedaan lainnya adalah, tak ada sistem rangking bagi siswa karena tidak semua siswa memiliki bakat yang sama dan ada hal yang tak bisa diukur seperti nilai-nilai moral. (mkf)