Warta PENCURIAN KITAB NUSANTARA (3-habis)

Pemerintah Punya Cukup Dana Selamatkan Naskah Lama

NU Online  ·  Sabtu, 29 Maret 2008 | 00:08 WIB

Jakarta, NU Online
Selama ini berbagai naskah Nusantara di berbagai daerah telah dibeli oleh para petualang dari Malaysia, mereka memanfaaatkan kemiskinan para pemilik naskah itu untuk memenuhi ambisi politiknya. Sementara pemerintah pusat maupun daerah selalu beralasan bahwa mereka tidak mampu menyelamatkan naskah berharga itu karena tidak tersedia dana.

Hal ini ditentang keras oleh sastrawan Wowok Hesti Prabowo, karena  sebenarnya pemerintah memiliki dana sangat besar bias digunakan untuk apa saja. ”Termasuk untuk membeli naskah itu dari pemiliknya lalu disimpan di museum,” katanya kepada NU Online di Jakarta, Jum’at lalu.<>

Hanya saja, menurut Wakil Ketua Pengurus Pusat Lesbumi NU itu, dana tersebut tidak dialokasikan untuk kepentingan bersama bangsa ini, tetapi dikonsumsi habis baik oleh anggota DPR sampai DPRD maupun oleh pemrintah pusat dan pemerintah daerah.

“Bayangkan berapa harga naskah yang dibeli Malaysia dari kita hanya 60 juta sampai 200 juta. Sementara dana Negara yang digunakan untuk membeli mobil anggota DPRD dan Pemda minimal 200 juta sampai 900 juta. Belum lagi untuk DPR dan Pemerintah Pusat,” kata Wowok.

“Pemerimtah dan DPR kita dikelilingi oleh staf ahli dari kalangan liberal, yang anti terhadap tradisi, sementara naskah itu adalah wujud dari kebudayaan tradisional. Itu yang mereka tolak, mereka ingin meniru barat, karena itu sumber dari Barat yang mereka butuhkan."

"Karena itu mereka tidak pernah memberitahu DPR atau Pemerintah bahwa naskah itu penting, sehingga kalanagan pemerintah dan parlemen sama-sama tidak tahu, sehingga semua kekeyaan intelktual itu raib,” tambahnya.

Kalanagan liberal baik di bidang pollitik mapupun agama, apalagi di kebudayaan sangat tidak senang dengan naskah klasik, sebab naskah itu mengajarkan banyak tuntunan moral, sementara agenda mereka adalah membebaskan bangsa ini dari ikatan moral.

”Itu yang sedang digiatkan kelompok seniman Utan Kayu (TUK), bahkan juga di Taman Ismail Marzuki saat ini. Ini akan sangat bertentangan dengan tradisi, dengan agama dan beretentangan dengan Pancasila sebagai dasar dari konstitusi kita,” kata Wowok yang juga ketua yayasan Komunitas Sastra Indonesia (KSI).

Sebenarnya di balik pencurian dan penjualan naskah itu, katanya, terselip pertarungan antara kelompok nasionalis dan kelompok anti nasionalisme, antara kelompok moralis dengan kelompok anti moral.

”Persoalan ini sangat serius, karena itu harus dihadapi dengan serius, biar bangsa ini tidak hancur, karena itu NU melalui Lesbumi menolak segala agenda liberal yang menghapuskan tradisi, yang menolak moral dalam kehidupan seni dan masyarakat atas nama demokrasi dan hak asasi manusia. Tidak ada wilayah bebas nilai, bebas moral. Di duia beradab  manapun diperlukan tata tertib dan tatakrama,” ungkapnya tegas. (mdz)