Pembunuhan Warga Sipil Irak Diungkap Oleh Tentara AS
NU Online · Ahad, 8 Oktober 2006 | 12:13 WIB
Camp Pendleton, NU Online
Seorang petugas medis Angkatan Laut (AL), Jumat, mengatakan kepada pengadilan militer AS bagaimana tujuh anggota Marinir menyeret seorang warga sipil Irak dari rumahnya dan menembak dia dengan darah dingin sebelum menutupi pembunuhan brutal tersebut.
Dalam kesaksian dramatis di pangkalan Marinir Camp Pendleton di California selatan, Melson Bacos mengatakan ia telah menyaksikan dengan ngeri saat Hashim Ibrahim Awad (52) diikat dan mulutnya disumpal sebelum ditembak hingga tewas. Pembunuhan itu adalah salah satu dari serangkaian peristiwa yang telah menodai reputasi tentara Amerika di Irak.
<>Bacos, yang bersaksi setelah mengajukan pembelaan yang membuat dia mengakui penculikan dan dibersihkan dari dakwaan pembunuhan, mengatakan pembunuhan 26 April di Hamdania tersebut telah terjadi akibat kekecewaan mengenai pembebasan seorang "yang diketahui sebagai pelaku teror".
Bacos mengatakan selama patroli untuk memeriksa bom di pinggir jalan, anggota pasukan Lawrence Hutchins menyusun rencana untuk pergi ke rumah seorang tersangka gerilyawan "untuk membekuk dia". Kalau rencana itu gagal, Marinir akan "menemukan orang lain", kata Bacos.
Setelah gagal menemukan sasaran yang dimaksud, anggota Marinir menyerbu rumah di sebelahnya, kata Bacos. Dua anggota Marinir menyeret Awad ke luar dan membawa dia ke satu lubang yang telah digali agar kelihatan seperti bekas digunakan untuk bom di pinggir jalan, katanya.
Anggota Marinir tersebut mengambil sekop yang tergeletak di luar satu rumah, lalu masuk ke dalamnya dan mengambil senapan serang AK-47, kata Bacos. Ia menyatakan Hutchins memerintahkan anggota Marinir untuk menembakkan senapan AK-47 itu ke udara "untuk membuatnya seakan-akan kami terlibat baku-tembak dengan orang ini".
Hutchins melepaskan beberapa tembakan, kemudian anggota lain Marinir melepaskan tembakan, kata Bacos. Seorang prajurit lain, prajurit Robert Pennington, membersihkan sidik jari dari senapan serang itu, katanya.
Anggota Marinir tersebut kemudian mengikat tangan dan kaki serta menyumpal mulutnya sebelum melepaskan tiga tembakan di kepalanya, kata Bacos. Hutchins kemudian menghubungi markas dengan menggunakan radio dan melaporkan bahwa regunya telah menewaskan satu orang dalam baku-tembak.
Bacos, penerima bintang jasa "Purple Heart", mengatakan ia merasa "perutnya mual" setelah pembunuhan itu dan mengatakan ia telah berusaha turun-tangan.
Bacos, putra pendatang dari Filipina, diberitahu ia dapat menghadapi hukuman penjara seumur hidup atas perannya dalam peristiwa tersebut, tapi menurut beberapa laporan, ia hanya menjalani hukuman satu tahun.
Belum jelas kapan Bacos akan dijatuhi hukuman.
Keluarga Awad menyatakan ia dibunuh setelah menolak bertindak sebagai informan bagi militer AS. Hakim berencana mengkaji rekaman video wawancara dengan keluarga Awad sebelum proses itu dilanjutkan Jumat petang.
Dua dari ketujuh anggota Marinir yang terlibat dalam kasus tersebut, John Jodka dan Marshall Magincalda, Rabu, menyatakan mereka tak bersalah atas aksi pembunuhan. Jodka (20) akan diadili pada 5 Maret, menyusul selesainya pengadilan militer atas Magincalda --yang berlangsung 1 Februari.
Panglima Marinir Jenderal James Mattis sudah mengatakan takkan ada tuntutan hukuman mati atas kedua prajurit itu. Lima anggota lain Marinir yang terlibat masih akan diadili.
Terpopuler
1
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
2
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
3
PBNU Buka Suara Atas Tudingan Terima Aliran Dana dari Perusahaan Tambang di Raja Ampat
4
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
5
Israel Serang Militer dan Nuklir Iran, Ketum PBNU: Ada Kegagalan Sistem Tata Internasional
6
Presiden Pezeshkian: Iran akan Membuat Israel Menyesali Kebodohannya
Terkini
Lihat Semua