Pembongkaran Rumah Rasulullah Timbulkan Kerugian Sejarah Luar Biasa
NU Online · Rabu, 20 Juli 2005 | 04:57 WIB
Jakarta, NU Online
Rencana pembongkaran rumah Rasulullah dengan alasan untuk perluasan Masjidil Haram dan untuk menghindari pemujaan terhadap situs sejarah Islam periode awal dinilai oleh Ketua PBNU Said Aqil Siradj akan menimbulkan kerugian sejarah yang luar biasa besarnya.
Dikatakan oleh lulusan Universitas Ummul Quro Makkah tersebut bahwa sudah terlalu banyak situs Islam yang hilang, seperti rumah Aisyah yang saat ini sudah menjadi halaman, Masjid Bilal di Jabal Qubais tempat Nabi Ibrahim menyerukan haji sekarang sudah menjadi istana. Darun Arqom dan Darun Nadwah juga sudah tidak ada.
<>Yang masih tersisa memang rumahnya Abdul Mutholib, tempat Rasulullah dilahirkan. Perluasan masjid boleh, tapi harus diabadikan. Ini peninggalan sejarah yang luar biasa. Jangan sampai nasibnya sama seperti rumah Sayyidina Ali yang sudah digusur,” tegasnya (20/7).
Alumni Ponpes Lirboyo Kediri tersebut juga membantah bahwa bangunan bangunan kuno tersebut bisa menimbulkan kemusyrikan. “Selama orang masih itu meyakini tuhan hanyalah Allah dan selain itu mahluknya, ya itu sudah tidak musyrik. Mau ziarah kubur, mau tawassul, tak masalah,” tandasnya.
Dikatakannya bahwa seseorang dianggap musyrik jika tempat atau mahluk menjadi asisten tuhan atau tuhan yang kedua. “Ziarah kubur, ke wali, itu tidak musyrik. Hatta orang meyakini lautan selatan ini ada penghuninya, Nyi Roro Kidul, asal ini makhluk, selesai, imbuhnya.
Tradisi orang NU yang suka berziarah ke kuburan wali tidak masalah karena mereka tidak minta kepada kuburan, tetapi tetap berdoa kepada Allah. Wali hanya untuk bertawassul atau menjadi perantara saja.
NU sejak lama sudah memiliki komitmen untuk memelihara dan mempertahankan peninggalan sejarah Islam. Komite Hijaz yang menjadi embrio berdirinya NU dibentuk ketika ada usaha untuk membongkar kuburan Rasulullah, Sayyidina Abu Bakar dan Umar. Saat itu KH Wahab Hasbullah berangkat ke Mekkah dengan mengatasnamakan umat Islam Jawa.
Pendiri Ponpes Tambak Beras Jombang tersebut menghadap ke Raja Saud untuk memohon agar kuburan tersebut tidak dibongkar dan disetujui sehingga makam tersebut masih ada sampai sekarang. “Kalau kuburan Baqi’ tempat Aisyah, Sayyidina Hasan dan sahabat lain dikuburkan saat ini sudah diratakan dengan tanah. Saat ini hanya bisa mengira-ngira saja. Demikian juga kuburannya Khadijah juga sudah dibongkar,” paparnya.
Bukan hanya NU, semua umat Islam seluruh dunia, kecuali mazhab Wahabi di Saudi yang menganggap ziarah kubur musyrik. Semua umat Islam mulai dari Libya, Maroko, Yaman, juga aliran Syiah. Mereka semua akan menyesalkan adanya pembongkaran ini.
Dikatakan Kang Said bahwa Wahabi adalah sebuah pemahaman agama yang didirikan oleh Muhammadi bin Abdul Wahab bekerjasama dengan Gubernur Nadj Muhammad Al Saud.
Mazhab ini sebenarnya madhzab Hambali, yang merupakan mazhab paling keras dari empat mazhab. Tetapi kemudian diterjemahkan oleh Ibnu Taimiyah sangat keras dan dioperasionalkan lebih keras lagi. Dulu aliran ini hanya di Nadj atau Riyard dan sekitarnya kemudian melakukan ekspansi melalui kerajaan Saudi Arabia.(mkf)
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
3
Cerita Pasangan Gen Z Mantap Akhiri Lajang melalui Program Nikah Massal
4
Asap sebagai Tanda Kiamat dalam Hadits: Apakah Maksudnya Nuklir?
5
3 Pesan Penting bagi Pengamal Ratib Al-Haddad
6
Mimpi Lamaran, Menikah, dan Bercerai: Apa Artinya?
Terkini
Lihat Semua