Warta

Pembajakan Karya Ulama Sama Seperti Dialami Orang Melayu

NU Online  ·  Kamis, 23 Juli 2009 | 04:35 WIB

Jakarta, NU Online
Kasus pembajakan kitab Sirajut Thalibin karya ulama Nusantara Syekh Ihsan bin Dahlan Kediri atau lebih dikenal dengan Kiai Ihsan Jampes mengingatkan kita pada kasus serupa yang dialami oleh orang-orang Melayu. Kitab Nusantara di tanah Melayu sedang diburu oleh para pencuri dari Malaysia. Mereka siap membeli dengan harga malah lalu mengklaim sebagai karya mereka.

Demikian disampaikan Ketua Pengurus Pusat Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama Abdul Mun’im DZ. ”Ini sebuah perang kebudayaan, dan kita belum memahami strategi kebudayaan yang mereka jalankan, sehingga kita cenderung membiarkan,” katanya kepada NU Online di Jakarta, Kamis (23/7).<>

Menurut Mun’im, sejak mendapatkan informasi tentang pembajakan Kitab ulama Nusantara, khususnya kitab Sirajut thalibin akhir bulan lalu, PP LTN langsung melacak keberadaan kitab tersebut. ”Atas bantuan beberapa pihak akhirnya kitab bajakan tersebut diperoleh sehingga kelihatan jelas bentuk penyimpangan atau pembajakannya,” katanya.

LTN telah menghubungi beberapa ulama di lingkungan NU dan menemui keluarga Kiai Ihsan Jampes di Kediri, Jawa Timur. Sebagian keluarga dan beberapa ulama di sana sebenarnya telah mengetahui pembajakan ini, tetapi mereka hanya berbaik sangka, sebagai upaya menyebarkan ajaran tasawuf yang diajarkan kiai Ihsan, bukan dianggap sebagai rekayasa politik untuk mengklaim kebudayaan Nusantara oleh budaya Timur Tengah.

“Namun kalau hal itu dilakukan secara terus-menerus sumber pengetahuan dari Nusantara akan diserap ke Timur Tengah, sementara masyarakat Islam Nusantara telah mampu memberikan corak pemikiran dan keislaman sendiri yang khas Nusantara,” kata ketua lajnah di NU yang membidangi penelitian, penerbitan dan infomedia itu.

Alhamdulillah dalam penelusuran ini dan pembongkaran kasus pembajakan ini yang secara berturut-turut disiarkan melalui NU Online telah mampu menyadarkan semua pihak atas keunggulan kitab Nusantara dan perlunya mempertahankan warisan budaya, agar nanti bisa dijadikan sebagai jangkar peradaban Muslim Nusantara,” tambahnya. (nam)