Padang, NU Online
Banyaknya dikalangan pejabat dan mantan penjabat yang masuk Lembaga Pemasyarakatan (penjara) akibat tuduhan korupsi belakangan ini terjadi sebagai akibat tidak istiqamah dalam menjalankan tugasnya.
Saat melakukan tindakan yang menyimpang dari aturan undang-undang, sang pejabat tidak lagi memiliki rasa bertuhan. Sehingga dengan enaknya melakukan kesalahan yang merugikan negara.<>
Demikian diungkapkan Ketua Pimpinan Wilayah Bahsul Masail Nahdlatul Ulama Propinsi Sumatera Prof Dr Makmur Syarif, SH, MH pada peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw, Kamis (30/6/2011) malam di mushalla Syiratal Mustaqim Pasir Jambak Padang.
Hadir Wakil Rais Syuriah PWNU Sumbar Ihdinassyratol Mustaqim, Wakil Ketua PWNU Sumbar Dr H Dasril Darmansyah Msi, Sekretaris Husni Kamil Manik, SP, Wakil Sekretaris Bukari, Wakil Bendahara Aizak Aziz, Ketua Pembangunan Mushalla Syiratal Mustaqim AKBP Drs. Arum Priyono, pelatih ORP Mahatma dan jamaah lainnya.
Menurut Makmur, ia prihatin sejumlah mantan pejabat dan kepala daerah di Sumatera Barat harus menghuni LP Muaro Padang. ”Dapat dipastikan ketika beliau-beliau itu melakukan tindakan yang merugikan negara tersebut tidak ingat Allah. Jika mereka ingat Allah dalam menjalankan tugasnya pasti tidak akan korupsi,” kata Direktur Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang ini.
Makmur mengisahkan dialog sahabat Nabi Muhammad Saw yakni Umar bin Khatab dengan seorang anak penggembala kambing. Sang penggembala kambing yang jumlahnya ribuan dicoba dirayu Umar untuk meminta satu ekor saja kambing. Toh si pemilik kambing tidak akan tahu bila kambingnya berkurang satu dengan jumlah yang banyak itu. Namun si penggembala dengan tegas menjawab, memang si pemilik kambing tidak tahu. Tapi bagaimana dengan Allah? Apakah Allah tidak tahu jika saya mengambilkan satu kambing majikan saya dan memberikannya kepada Tuan, kata sang penggembala. Disinilah Umar kagum kepada penggembala yang istiqamah dalam memelihara ternak majikannya.
”Merajalelanya tindakan korupsi yang dilakukan rakyat Indonesia yang mayoritas Islam disebabkan tidak ada lagi rasa bertuhan. Seorang penggembala ternak yang memiliki rasa bertuhan tidak mau mengambil yang bukan haknya. Tapi pejabat kita enak saja mengambil yang bukan haknya. Mula-mula jumlahnya jutaan rupiah, aman. Lalu puluhan jutaan, aman. Kemudian ratusan jutaan, masih aman. Lantas miliaran rupiah, baru ketahuan. Akhirnya berurusan dengan aparat hukum yang berujung penjara,” kata Makmur menambahkan.
Tak sedikit pula dikalangan pejabat kita yang menunaikan ibadah haji. Namun tetap saja tidak memiliki rasa bertuhan saat melakukan kesalahan. Sehingga terjerat masalah.
”Saya pernah berkawan dengan salah seorang (mantan) walikota di Sumatera Barat. Jika bertugas ke luar daerah seminggu, ternyata 3 hari selesai. Sisa uang SPJ yang 4 hari lagi dikembalikan kepada bendahara. Karena merasa yang 4 hari itu bukanlah haknya. Setelah pensiun, bertemu, beliau kelihatan segar bugar, tak punya beban pikiran yang menghantui karena memakan hak orang lain dan memiliki anak-anak yang berhasil,” kata Makmur.
Melalui peringatan Israk Mi’raj ini, kata Makmur, ia mengajak semua jamaah untuk meningkatkan rasa bertuhan, jangan sampai mengambil yang bukan haknya karena suatu saat akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah sehingga jangan sampai jadi orang pailit (tekor) amal ibadahnya, karena semua amal ibadahnya diberikan kepada orang lain yang saat hidup di dunia haknya sudah diambil.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Bagindo Armaidi Tanjung
Terpopuler
1
Santri Kecil di Tuban Hilang Sejak Kamis Lalu, Hingga Kini Belum Ditemukan
2
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
3
Sound Horeg: Pemujaan Ledakan Audio dan Krisis Estetika
4
Perbedaan Zhihar dan Talak dalam Pernikahan Islam
5
15 Ribu Pengemudi Truk Mogok Nasional Imbas Pemerintah Tak Respons Tuntutan Pengemudi Soal ODOL
6
Operasional Haji 2025 Resmi Ditutup, 3 Jamaah Dilaporkan Hilang dan 447 Meninggal
Terkini
Lihat Semua