Warta

PCNU Padangpariaman Dorong Petani Gunakan Pupuk Organik

NU Online  ·  Ahad, 23 Mei 2010 | 00:46 WIB

Sungailimau, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Padangpariaman Sumatera Barat mendukung penuh penggunaan pupuk organic bagi petani warga nahdliyin. Pemakaian pupuk organik tersebut dapat menekan biaya (cost) dan sekaligus dapat meningkatkan produksi pertanian.

Ketua PCNU Padangpariaman Abdul Hadi mengungkapkan hal itu ketika meninjau pembukaan pembuatan pupuk organik di Kampung Pisang Korong Paingan Kecamatan Sungailimau, Sabtu (22/5). Menurut Abdul Hadi, ditengah meningkatkan harga pupuk kimia belakangan ini, kehadiran pupuk organik ini diharapkan dapat membantu petani. Demikian dilaporkan kontributor NU Online Bagindo Armaidi Tanjung di Padang.<>

”Selain itu, pembuatan pupuk organik dengan metoda NT45 yang dilaksanakan oleh kader-kader NU Padangpariaman tersebut sangat ramah lingkungan. Selama ini, penggunaan pupuk oleh petani cenderung kurang ramah lingkungan. Dengan alasan itu, NU tetap mendorong petani agar dapat  memakai pupuk organik yang bahanya ada di sekitar petani,” kata Abdul Hadi didampingi instruktur pembuatan pupuk organik Zeki Aliwardhana. .

Ketua Kelompok Tani Binuang Saiyo Paingan Abdul Ganip yang melaksanakan pembuatan pupuk organik ini menyebutkan, kami memang sudah cukup lama ingin memakai pupuk organik ini. Namun, barulah saat ini kami menemui program pembuatan organik yang bahan bakunya sangat mudah didapatkan.

”Kelompok Tani Binuang Saiyo beranggotakan 36 orang dengan luas lahan sawah sekitar 28,50 hektar. Alasan kami mulai beralih ke pupuk organik ini, pupuk industri sudah seringkali susah didapatkan. Hargapun cenderung mahal sampai 30 persen. Contohnya, dulu pupuk  urea dari kios biasanya Rp 63.000 / karung isi 50 kg. Kini harganya mencapai Rp 93.000/karung,” kata Ganip yang juga pengelola PAUD Azzahrah Ma’arif setempat.

Sementara instruktur pembuatan pupuk organik Zeki Aliwardana menyebutkan, pembuatan pupuk organik ini prosesnya memerlukan waktu 50 jam atau 2 hari 2 malam. Bahan bakunya terdiri dari kotoran ternak, dedak halus dan sekam yang sudah dibakar. Ketiga bahan baku tersebut berada di sekitar petani sendiri.

”Dengan tersedianya bahan baku pupuk organik di lingkungan petani, maka petani tidak perlu mengeluarkan uang yang larinya ke luar dari daerah tersebut. Kalaupun ketiga bahan tersebut didapatkan dengan pembelian ke penduduk setempat, toh uang tetap beredar di daerah tersebut. Bukan lari ke luar dari daerah itu,” kata Zeki Aliwardhana Wakil Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Pariaman.

Menurutnya, pembuatan pupuk organik sudah dimulainya sejak 2007. Hasilnya, sangat memuaskan dibanding dengan produksi padi sebelum pemakaian pupuk organik. Hanya saja masih banyak petani yang belum tahu dan enggan membuat dan memakai pupuk organik ini. ”Kami terus mendorong masyarakat petani untuk punya pengetahuan tentang pupuk organik dan memakainya,” kata Zeki menambahkan. (bit)