Warta

PCINU Sudan Diundang Kementerian Wakaf & Irsyad

NU Online  ·  Senin, 16 Juli 2007 | 12:03 WIB

Khortoum, NU Online
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sudan tampaknya sudah memiliki tempat dan diakui keberadaannya oleh pemerintah setempat. Betapa tidak. Organisasi yang menghimpun warga NU di Sudan itu mendapat satu kehormatan, yakni diundang secara khusus dalam acara penggantian ketua umum dan sekretaris jenderal Departemen Zikir pemerintah setempat, di Khortoum, Ibukota Sudan, Sabtu (14/7) lalu.

Departemen Zikir yang berada di bawah naungan Kementerian Wakaf dan Irsyad merupakan lembaga yang menangani gerakan sufi, masjid, pengajian serta pesantren yang ada di Sudan.

<>

Acara tersebut dihadiri Presiden Republik Sudan Omar Hassan Ahmad Al Bashir, Wakil Presiden Salva Kiir Mayardit beserta jajaran kabinet kementerian Sudan. Tampak pula pada acara tersebut sejumlah duta besar (Dubes) negara sahabat, antara lain Dubes Mesir, Dubes Turki dan negara tetangga lainnya serta para alim ulama.

"Ini merupakan kehormatan besar dalam sejarah PCINU Sudan dapat hadir dalam acara sebesar ini yang dihadiri orang-orang teratas dan penting," ungkap Ketua Tanfidziyah PCINU Sudan M Shohib Rifai kepada Kontributor NU Online di Khortoum Auzai Anwari di sela-sela acara tersebut.

Bebarapa petinggi PCINU Sudan yang turut mendampingi M Shohib Rifai, antara lain, Ali Zamroni, Zulham Qudsi, Ali Shubhan dan Auza'i Mahfudz Asirun. Uniknya, rombongan PCINU Sudan yang hadir pada acara tersebut, kompak memakai peci hitam khas Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Ali Shubhan mengatakan bahwa undangan tersebut merupakan kebanggan dan kehormatan tersendiri bagi PCINU Sudan. "Ini merupakan bukti dan kebanggaan NU bisa hadir di acara besar seperti ini. Dihadiri pula lebih dari 300 ulama yang diundang langsung oleh Menteri Wakaf Sudan," terangnya.

Berbeda dengan keduanya, Zulham Qudsi mengatakan, acara tersebut merupakan momen penting bagi PCINU Sudan. Sebab, bisa langsung berkenalan dengan ratusan ulama dalam satu tempat bersamaan. Juga tidak lupa menemui para masayikh besar yang jarang dijumpai di hadapan publik.

“Ini merupakan faidah dari silaturrahmi yang terus dibina oleh kita (PCINU Sudan) dengan orang-orang penting di Sudan, dan merupakan titik tolak demi masa depan NU untuk go international (mendunia, Red),” ujar Syarif Burhan—begitu julukan yang di berikan seorang syeikh Sufi dan ahli tafsir kepada Zulham Qudsi. (rif)