Warta

NU Selalu Berkiprah Sesuai Ajaran Aswaja

NU Online  ·  Senin, 5 Maret 2012 | 08:24 WIB

Kudus, NU Online 
Kiprah Nahdlatul Ulama selalu  bergerak dalam posisi yang benar sesuai ajaran Ahlussunnah Wal jamaah. Potensi-potensi NU dalam  masalah mencari pemimpin ternyata terbukti  tanpa perselisihan etnik, politik, dan asas-asas kepentingan pribadi lainnya.<>

“Sebagai  organisasi besar, NU juga berhasil mengelola dan memberdayakan masyarakat dalam naungan Ahlussunah Wal Jama’ah ," kata Ketua PCNU Kudus KH. Chusnan dalam acara halaqah "revitalisasi perangkat NU dan Badan otonomnya dalam rangka Maulid Nabi dan pelantikan PC Fatayat NU dan PC IPNU-IPPNU Kudus di SMA NU Al-Ma'ruf Kudus, Ahad (4/3).

Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siraj, Wakil Ketua PWNU Abu Hafsin dan ribuan pengurus NU dan banom di semua tingkatan di Kudus.

KH Chusnan menambahkan Nahdlatul Ulama telah  mampu menjawab tantangan, ancaman dan keraguan dengan  melakukan  lima harakah yang dikembangkan PCNU Kudus. Yakni  Penguatan faham Aswaja, Penguatan Jam’iyyah, Peningkatan sumber daya manusia, Pengamanan Aset , dan Peningkatan silaturrahim.

"Kelima harakah telah dilakukan secara nyata seperti pembangunan gedung diklat , berkembangnya sumber ekonomi warga NU," tandasnya.

Terkait peningkatan silaturrahim, PCNU Kudus akan mengadakan kunjungan turba ke seluruh pengurus MWC. "kita akan menguatkan idiologi Aswaja melalui silaturrahim sekaligus konsolidasi penguatan kelembagaan,"jelasnya.

Ia menegaskan komitmen, keteguhan dan peduli kebersaman adalah ciri dari ajaran Aswaja. "Selama kita dan  kader-kader NU punya kemauan untuk membangun organisasi maka bangsa akan memperoleh manfaatnya. Dengan demikian akan  mampu terelakkan dari  berbagai model paham yang bertentangan."katanya.

Wakil ketua PWNU Abu Hafsin mengatakan Nahdlatul Ulama masih memiliki kelemahan yang harus dibenahi yakni masalah ekonomi, soliditas nahdliyyin, kader birokrat dan media massa.

"Kelemahan NU ini bisa dibaca saat Gus Dur dijatuhkan dari kursi presiden karena tidak mendapat dukungan ekonomi, soliditas nahdliyyin, birokrat dan media massa," ujarnya. 

Terkait media, menurutnya, warga NU harus memiliki media massa yang mampu memberi warna sekaligus mengimbangi media-media lain dan memberikan opini publik secara benar dan tercipta pencitraan yang baik kepada masyarakat.

"NU itu besar secara kuantitas tapi belum kuat pada penguasaan media sehingga terkadang mudah dilemahkan oleh pihak lain yg secara kualitas kecil tapi punya kuasa terhadap media massa," katanya bernada otokritik.


Redaktur     : Syaifullah Amin
Kontributor : Qomarul Adib/Puji Novi