Warta

NU Kedepan Harus Sehat dan Produktif

NU Online  ·  Sabtu, 6 November 2004 | 04:36 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi mengatakan Nahdlatul Ulama kedepan harus sehat secara kultur dan sehat secara struktur. Untuk itu kedepan NU akan menampung aspirasi generasi mudanya agar terlibat aktif membangun NU dengan melakukan diversifikasi peran.

"Itulah yang dibutuhkan NU ketika ditanyakan NU kedepan mau kemana ? NU harus produktif dalam segala lini, upaya itu bisa dilakukan dengan menampung aspirasi generasi mudanya serta menumbuhkan budaya demokratisasi di  kalangan NU," ungkap KH. Hasyim Muzadi kepada NU Online di kediamannya di Patra Kuningan Jakarta, Jum'at (4/11) lalu.

<>

Menurutnya, kondisi NU sekarang ini memang belum sepenuhnya berhasil dalam melaksanakan program-programnya, namun akan terus diupayakan langkah-langkah perbaikan di segala bidang. Salah satunya adalah memperbaiki pola kaderisasi, perampingan struktur NU, peningkatan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan, pemberdayaan ekonomi dan memikirkan juga soal ketegasan ideologi NU di tengah arus ideologi global.

Belum berhasilnya program yang diinginkan NU lanjut mantan capres PDIP ini karena selama ini tidak adanya diversifikasi peran, sehingga banyak program-program yang dijalankan NU belum tepat sasaran. Sedangkan dari sisi kultur karena adanya hambatan secara primordial, budaya feodal dan patron-client di kalangan warga NU yang sebagian besar warganya di pedesaan. "Soal lain yang sering menjadi hambatan adalah adanya kepentingan sesaat pribadi yang dimasukan ke dalam peraturan," tambahnya.

Karena itu, langkah mendesak dilakukan NU kedepan adalah memfokuskan diri pada pembenahan ke dalam baik secara kultur maupun struktur dan menghindari berhadapan secara vis a vis dengan kekuatan negara. "NU kedepan sedapatnya menghindari pertautan dengan politik praktis dan lebih mementingkan peningkatan kepeloporannya dalam bidang demokrasi, HAM, empowering civil society," ujar pengasuh ponpes mahasiswa Al-Hikam Malang ini.

Ditambahkan Hasyim, pilihan menghindari pertautan dengan politik praktis karena energi yang dihabiskan untuk mengurusi soal yang demikian ini sangatlah besar dan memakan waktu sehingga mengabaikan peranan NU dalam pemberdayaan warganya. Selain itu, konsolidasi dengan kekuatan-kekuatan progresif baik di lingkungan dalam NU, terutama dengan anak-anak muda di jalur kultural maupun dengan kalangan di luar NU seperti LSM-LSM menjadi terabaikan, demikian KH Hasyim Muzadi. (cih)