Warta

NU Jatim Gelar “Kiswah”, Pengurus Wajib Ikut

NU Online  ·  Sabtu, 6 September 2008 | 23:12 WIB

Surabaya, NU Online
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur mengadakan Kajian Islam Ahlussunnah wal Jamaah atau disingkat Kiswah yang dirancang dilaksanakan berangkai menjadi 15 kali pertemuan selama Ramdhan 1429 H di kantor PWNU Jatim di Surabaya.

Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) tampaknya menjadi kajian serius di kalangan PWNU Jawa Timur. Pembukaan Kiswah secara resmi dilakukan pada Sabtu (6/8) kemarin oleh Rais Syuriah KH Miftachul Akhyar, yang sekaligus memberikan materi pertama dengan tema Memahami ciri khas akidah al-Asy’ariyah dan al-Maturidiyah sebagai acuan akidah NU.<>

Menurut ketua penyelenggara Kiswah, KH Abdurrahman Navis, para penyaji kajian Aswaja nantinya melibatkan para ulama dan intelektual muslim di Jawa Timur. Selain KH Mifatchul Akhyar (rais), juga KH Drs Hasyim Abbas (katib), KH Abdusshomad Buchori (Ketua MUI Jatim), Prof Dr Ali Aziz (dekan Fak Dakwah IAIN Sunan Ampel), KH Agoes Ali Masyhuri (wakil rais), dan KH Abdullah Syamsul Arifin (wakil katib).

Penyaji lainnya adalah Prof Dr H Achmad Zahro (Direktur Pasccasarjana IAIN Sunan Ampel), KH Syafruddin Syarif (wakil katib), Prof Dr Ridwan Nasir (mantan rektor), KH A Sadid Djauhari (wakil katib PBNU), KH Afifuddin Muhajir (wakil katib), Prof Dr Nur Syam (Rektor), KH Mahmud Ali Zain (ketua umum PP RMI) dan Prof Dr H Bisri Affandi (mantan rektor).

“Kiswah ini sifatnya wajib bagi pengurus PWNU, lembaga dan lajnah,” kata Kiai Navis. Oleh karena dalam setiap pertemuan nantinya akan dilakukan absensi untuk menunjukkan keseriusan peserta. Dari 15 pertemuan nantinya akan dievaluasi kehadiran masing-masing pengurus, lembaga dan lajnah. “Bagi mereka yang tidak aktif, maka kepengurusannya bisa ditinjau ulang,” lanjut Kiai Navis.

Seperti yang tampak dalam pertemuan pertama siang itu, para peserta memang berasal dari pengurus NU, lembaga dan lajnah. Kajian dimodel dialogis. Sampai akhirnya, para penanya tidak hanya berasal dari para pengurus lembaga dan lajnah, para pengurus dari jajaran tanfidziyah juga mengajukan pertanyaan kepada Kiai Miftah.

Bahkan KH Hasyim Abbas sang selama ini menjabat Katib dan sedang diproyeksikan menempati wakil rais, juga mengajukan pertanyaan. Tak ayal, suasana benar-benar mencair sore itu.

Rangkaian pengajian Kiswah tersebut direkam dalam bentuk digital dan tulis. Nantinya seluruh rekaman itu akan dibukukan dan dijadikan pegangan bagi pendalaman Aswaja di masa yang akan datang. “Dari buku hasil dari Kiswah itulah nantinya akan kita jadikan pegangan bersama,” tutur Kiai Navis, yang juga salah seorang pemateri. (sbh)