Warta

NU Bisa Jadi Model Organisasi Sunni di Dunia

NU Online  ·  Sabtu, 24 Mei 2008 | 10:26 WIB

Jakarta, NU Online
Kemajuan sebuah agama atau golongan salah satunya bisa dilihat dalam kemampuan mereka mengorganisasikan dirinya. Dibandingkan dengan agama lainnya, komunitas muslim sunni masih sangat lemah dalam mengorganisasikan kekuatannya.

Demikian dikatakan oleh Ketua PBNU KH Masdar F Mas’udi dalam acara Halaqah Penyusunan Buku Landasan Konsepsional Penganganan Bencana Berbasis Komunitas dalam Perspektif Islam di Jakarta, Sabtu (24/5).<>

Dengan menengok pada agama lainnya yang sudah lebih dahulu ada seperti Kristiani, setiap orang selalu mengikatkan dirinya dalam sebuah organisasi gereja tertentu dan lembaga tersebut selalu memiliki jaringan internasional.

Tak heran, meskipun hanya 7 persen di Indonesia, mereka memiliki aset dan fasilitas yang bagus bagi jamaahnya karena merupakan bagian dari mata rantai global. “Makanya, meskipun kecil, Kristen di Papua memiliki helikopter dan fasilitas lainnya untuk mendukung misinya,” katanya.

Pengorganisasian dalam komunitas muslim menurutnya baru tumbuh pada tiga kelompok, yaitu golongan Syiah, ‘Ahmadiyah’ dan Salafy. Mereka memiliki pemimpin tertinggi di dunia dan perintahnya dipatuhi sampai tingkatan paling bawah.

Sementara itu, golongan sunni yang memiliki proporsi 2/3 dari ummat Islam sampai sekarang masih terpecah-pecah. Disejumlah negera seperti Malaysia dan Brunai Darussalam yang penduduknya memeluk ajaran sunni, tak ada organisasi yang memayungi mereka.

Di Indonesia, muslim sunni sudah cukup bagus dalam mengorganisasikan dirinya, yaitu melalui Nahdlatul Ulama yang memayungi 45 juta pemeluk. “Karena itu, model organisasi seperti NU ini bisa menjadi model di negara muslim lainnya,” tuturnya.

Sebagai catatan, NU saat ini sudah mengembangkan sayapnya sampai ke luar negeri dengan membentuk Pengurus Cabang Istimewa (PCI NU) yang sudah ada di Arab Saudi, Malaysia, Inggris, Jepang, Australia, Sudan, Yaman, Mesir, Libya, Syiria dan lainnya. (mkf)