Warta

Nahdliyin Ngaji Aswaja, Bahas Syiah dan HTI

NU Online  ·  Senin, 6 Februari 2012 | 07:19 WIB

Sumenep, NU Online
Ahad (5/2), puluhan santri dan warga Nahdlatul Ulama mengikuti halaqah Aswaja di pesantren Mathaliul Anwar lantai III, Pangarangan Sumenep. Halaqah yang dikemas dengan pengajian dan dialog interaktif tersebut menghadirkan Rais Syuriyah PCNU Jember, KH Muhyiddin Abdushshamad dan Ketua LBM NU Jember, Gus Muhammad Idrus Ramli.
<>
Peserta yang tampak didominasi berpakaian putih-putih antusias dan khidmat menyimak penyampaian kedua narasumber tersebut. Yang menjadi daya tarik mereka, penyampaian dua "macan Aswaja" Jawa Timur yang telah keliling Indonesia untuk melakukan diskusi dan debat Aswaja, tidak jauh dari fenomena keagamaan dewasa ini. Bahkan, Ust. Idrus, panggilan Muhammad Idrus Ramli, secara khusus menawarkan apa yang ingin diketahui peserta.

KH Muhyiddin Abdushshamad yang mendapat kesempatan bicara pertama memaparkan panjang lebar tentang aliran Syiah; mulai dari asal usul Syiah sampai peristiwa Syiah di Sampang, Madura.

"Syiah rukun imannya lima, syahadatnya ditambah wa asyhadu Ali wali Allah," beber penulis buku Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah tersebut saat menjelaskan perbedaan Aswaja dan Syiah.

Lebih lanjut, kiai yang telah menerbitkan buku ke-NU-an dan Aswaja, membongkar penyimpangan-penyimpangan faham Syiah. Salah satunya yang disebutkan, seperti tidak percaya kepada 12 imam dinyatakan kafir, semua sahabat kafir kecuali tiga orang, Siti Aisyah pelacur, Ali bin Abu Thalib mendapat wahyu, selain anak Syiah anak zina, Al Qur'an mushaf ustmani palsu, jumlah ayat Al Qur'an 17.000, nikah muth'ah sama dengan haji 70 kali, kedudukan imam lebih tinggi dari seorang nabi.

Lalu, ia juga membeberkan bantahan tersebut menurut Aswaja diserta dengan referensi otoritatif dikalangan Aswaja, seperti Kitab Sullam Taufiq dan Ihya' Ulumuddin. Juga menurut KH Hasyim Asy'ari yang disarikan dari kitab At Tibyan karangan pendiri NU tersebut.

Namun, Rais Syuriah PCNU Jember tersebut tidak memberi kesimpulan apakah Syiah sesat atau tidak. "Kesimpulannya ada pada kalian semua, tapi apakah. Anda percaya kepada Syaikh Abdullah bin Husien dan Imam Ghazali atau tidak," katanya sebelum mengakhiri pembicaraannya.

Beda dengan Kiai Muhyiddin, Ust. Idrus memaparkan tentang Hizbut Tahrir. Penulis buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan tersebut menjelaskan panjang lebar seluk beluk HTI. Mulai dari sejarah pendiriannya sampai radikalisme yang dilakukan HTI.

Fakta-fakta yang disodorkan alumni pesantren Sidogiri tersebut yang diambil dari referensi otoritatif kalangan HTI membuat peserta haus ilmu dan tidak merasa letih menyimak penyampaiannya sekalipun sampai pukul 13.30.

Salah satu penyimpangan HTI yang disebutnya tidak percaya kepada qada' dan qadar.

"HTI tidak percaya kepada qada' qadar karena tidak mendukung khilafah islamiyah yang mereka akan bangun," tegasnya.

Selain itu, pengurus LTN NU Jawa Timur itu menjelaskan prospek masa depan khilafah islamiyah di Indonesia di tengah negara-bangsa.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor; M Kamil Akhyari