Melihat carut marut dan merosotnya akhlak bangsa Indonesia, menjadi keprihatinan tersendiri bagi Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Mubtadiin Kempek Cirebon Jawa Barat KH Said Aqil Siradj. Untuk itu, dia meminta kepada Nahdliyin untuk menguasai ilmu dan memperdalam iman.
Pasalnya, bila bangsa ini dipegang oleh orang-orang yang tidak berilmu dan beriman maka terjadi kehancuran Negara. “Pinter saja tidak cukup. Terbukti, Negara ini hancur gara-gara dipegang oleh orang-orang pinter tapi tidak beriman, pada masa Orde Baru,” ungkap Kiai Said saat mengisi Pengajian Maulid Nabi Muhammad yang digelar jamaah Ihya Ulumudin pimpinan KH Subekhan Makmun di Masjid Agung Brebes Kamis Malam (19/3).<>
Contoh kecil, lanjut Kang Said, ada 80 juta hektar hutan gundul akibat illegal loging. Dampak dari pembalakan liar tersebut, dunia mengecam Indonesia. Pasalnya banyak eskes yang ditimbulkan dari kegundulan hutan tersebut. Yakni dengan berubahnya ekosistem, perubahan cuaca, longsor, bakteri dan berbagai jenis penyakit yang belum terdeteksi. “Sampai tahun 2004 ada 1500 kasus illegal loging yang terungkap,” papar Kang Said.
Melihat kondisi hutan yang parah, masih kata Kang Said, NU tidak tinggal diam. Tapi melakukan upaya-upaya penyelematan demi keberlangsungan hidup anak cucu kita. Upaya kongkrit NU yakni dengan program menanam sejuta pohon dan sudah terlaksana.
Kebobrokan lain, lanjutnya, Negara kita yang gemah ripah loh jinawi ternyata memiliki utang yang sangat fantastis yakni 650 Milyar US dollar. “Sampai kini baru mampu membayar 180 trilyun rupiah,” terangnya.
Tentu saja, sambung Kang Said, yang melakukan korupsi bukan santri. “Kalau santri korupsi cepet tertangkap, karena memang tidak bisa korupsi,” kelakarnya yang disambut gerrr.
Semua itu, berpulang pada hati manusia bangsa Indonesia sendiri. Hati, menjadi wadah (tempat) bagi Istri/suami, anak, harta dan kuda alias kendaraan. Namun dalam hati tersebut perlu disisihkan satu ruang buat berdzikir. Agar kebenaran bisa turun dan bersemayam di hati. Sehingga mampu mengatur pola dan prilaku kehidupan kita.
Hati kita yang kotor, harus dibersihkan dulu. Proses cleaning tersebut, sebenarnya amat ringan. Karena sudah biasa dilakukan oleh Nahdliyin yakni dengan memperbanyak membaca sholawat, barzanji, Maulid Dhiba dan lain-lain tradisi NU. Lewat rutinitas tersebut, makin lama hati kita makin bersih dari segala penyakit hati.
Indonesia, kini sedang menghadapi tantangan yang sangat berat dan mahal. Yakni segala yang berurusan dengan ‘bokong’ alias kursi alias kedudukan alias jabatan. Isyarat tersebut telah digegerkan oleh inul dengan goyang inulnya.
Sehingga ketika berlangsung hajat untuk merebutkan tempat bokong, pasti rame dan penuh dinamika. Seperti pemilihan bupati, pemilihan gubernur, pemilihan kepala desa pemilihan ketua organisasi. “Dan sebentar lain, pemilihan legislative yang disambung dengan pemilihan presiden,” terangnya.
Diakui atau tidak untuk merebut ‘kursi’ itu membutuhkan dana besar. Dan rakyat kita akan kembali dikorbankan manakala tidak mengindahkan ilmu dan iman dalam proses perebutan kursi-kursi empuk tersebut. “Kembali, rakyat kalau tidak ingin dikibuli, harus cerdas dan hati-hati,” pungkasnya. (was)
Terpopuler
1
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
2
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
3
Rekening Bank Tak Aktif 3 Bulan Terancam Diblokir, PPATK Klaim untuk Lindungi Masyarakat
4
Advokat: PT Garuda dan Pertamina adalah Contoh Buruk Jika Wamen Boleh Rangkap Jabatan
5
Hadapi Tantangan Global, KH Said Aqil Siroj Tegaskan Khazanah Pesantren Perlu Diaktualisasikan dengan Baik
6
Israel Tarik Kapal Bantuan Handala Menuju Gaza ke Pelabuhan Ashdod
Terkini
Lihat Semua