Warta

Nahdliyin Diimbau Lakukan Rukyatul Hilal pada 31 Agustus

NU Online  ·  Rabu, 27 Agustus 2008 | 00:37 WIB

Jakarta, NU Online
Warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyyin) diimbau melakukan rukyatul hilal untuk penentuan awal Ramadhan pada hari Ahad sore tangga 31 Agustus 2008 bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1429 H.

Rukyat akan dikoordinir oleh pengurus NU masing-masing di berbagai tingkatan, dan dilaksanakan oleh lajnah falakiyah, salah satu sub organisasi NU yang khusus membidangi ilmu falak, dan didukung oleh semua warga Nahdliyyin.<>

Laporan hasil rukyat disampaikan ke Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan akan langsung diteruskan ke sidang itsbat penentuan awal bulan Ramadhan 1429 H di kantor Departeman Agama.

Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Beasr Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ghazalie Masroeri di Jakarta, Selasa (26/8) menyatakan, rukyatul hilal multak dilakukan dalam menentukan awal bulan Ramadhan sebagaimana diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Adapun hasil perhitungan (hisab) hanyalah pemandu pelaksanaan rukyat.

Berdasarkan data hisab lajnah falakiyah, hilal atau bulan sabit diperkirakan akan bisa dilihat dengan jelas karena posisinya sudah tinggi (imkanur rukyat), kecuali jika tertutup awan.

Data dalam almanak PBNU yang diterbitkan oleh Lajnah Falakiyah menyebutkan, peristiwa ijtima’ atau konjungsi pada awal Ramadhan di Jakarta akan jatuh pada Ahad Legi, tanggal 31 Agustus 2008, pukul 02.57 WIB.

Sementara hilal atau bulan sabit pada petang harinya sudah mencapai ketinggian 5o48' dengan posisi miring ke selatan selama 26 menit 31 detik di atas ufuk, dan cahaya hilal mencapai besaran setengah jari.

Pada posisi seperti itu hilal mestinya sudah dapat dirukyat dan tanggal 1 Ramadhan 1429 akan jatuh pada hari Senin, 1 September 2008.

Namun jika rukyatul hilal yang dilakukan di semua titik di Indonesia tidak berhasil melihat hilal maka NU dan organisasi yang mendasarkan awal bulan pada rukyatul hilal akan memulai puasa pada dua hari berikutnya, Selasa 1 September.

“Sebaiknya sebelum melaksanakan rukyat dilakukan shalat hajat atau berdoa untuk keberhasilan rukyat,” kata Kiai Ghazali.

Dikhawatirkan rukyatul hilal yang dilakukan di semua titik tidak berhasil melihat hilal sesaat setelah Matahari pada hari Ahad itu, sehingga umat Islam di Indonesia akan memulai puasa pada hari yang berbeda.

Sebelumnya Pengurus Pusat Muhammadiyah dalam maklumat tertanggal 26 Juli 2008 lalu telah menetapkan 1 Ramadan 1429 H jatuh pada 1 September 2008. Muhammadiyah menentukan awal bulan berdasarkan kriteria hisab wujudul hilal, asal bulan sudah mewujud menurut perhitungan, dan tidak mengharuskan adanya rukyatul hilal atau observasi kembali.

Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama (Depag) telah mengimbau umat Islam untuk menunggu hasil sidang itsbat yang dilakukan bersama badan hisab-rukyat Depag dan perwakilan organisasi-organisasi Islam serta para pakar astronomi. (nam)