Warta

Muslimat NU Entaskan 1.6 Warga dari Buta Aksara

NU Online  ·  Jumat, 29 Januari 2010 | 08:04 WIB

Jakarta, NU Online
Melalui program Keaksaraan Fungsional hasil kerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional, Muslimat NU telah mampu mengentaskan 1.6 juta penduduk Indonesia dari buta huruf.

Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indarparawansa menjelaskan melek aksara ini telah menimbulkan multiplier effect yang luar biasa. “Mereka bisa meningkatkan sumberdaya ekonomi keluarga dan ada peningkatan harga diri yang luar biasa,” katanya di PBNU, Jum’at (29/1).<>

Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan ini menjelaskan, kantong-kantong buta huruf ini banyak terdapat di daerah pinggiran kota besar, seperti di Jakarta, Surabaya, atau Makassar atau daerah yang kurang terakses pembangunan seperti di NTB.

Tak hanya perempuan, ada juga laki-laki yang menjadi peserta kelompok belajar ini.

Dikatakannya, banyak kendala yang harus dialami untuk mengajak orang mau belajar membaca dan menulis ini. Ada orang yang merasa malu kalau dianggap buta huruf sehingga ia dimasukkan dalam kelompok yang tidak dekat dengan lingkungannya agar tetangga tidak tahu kalau dirinya buta huruf.

Metode pengajaran juga menggunakan aktifitas sehari-hari, lalu dieja dalam huruf satu per satu, seperti mengeja salam atau assalamualaikum atau selamat pagi.

Jika program yang ditetapkan oleh Diknas berlangsung selama 6 bulan, Muslimat NU menambahkannya menjadi 9 bulan dengan diisi aktifitas seperti pengajian di majelis taklim yang didalamnya diisi materi-materi yang mengharuskan mereka membaca dan menulis.

Untuk mempertahankan kemampuan baca tulis ini, Muslimat juga mengusahakan program lanjutan dalam program Kelompok Usaha Mandiri (KUM) atau program sejenis yang diselenggarakan BKKBN atau Departemen Sosial.

Muslimat NU memiliki perhatian luar biasa terhadap dunia pendidikan, khususnya di tingkat PAUD dan TK. Dari data terakhir, Mei 2009, sudah terdapat 4600 PAUD yang dimiliki, 9800 TK dan RA serta 13400 satuan PAUD.

Berdasarkan hasil rapat kerja nasional Maarif NU yang berlangsung 22-24 Januari lalu, Muslimat NU secara resmi telah diminta mengelola satuan pendidikan itu, sementara untuk tingkatan yang lebih atas dikelola oleh Maarif NU. (mkf)