Warta

Muslimat NU DKI Tingkatkan Majelis Taklim untuk Jaga Aswaja

NU Online  ·  Sabtu, 11 Juni 2011 | 05:43 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua PW Muslimat NU Hizbiyah Rokhim meminta kepada seluruh kader Muslimat NU di DKI Jakarta untuk mengembangkan pengajian di majelis-majelis taklim untuk menjaga ajarah ahlusunnah wal jamaah (Aswaja) ala NU di Jakarta yang sekarang ini banyak menghadapi rongrongan.

Pengembangan majelis taklim ini, juga terkait dengan upaya penyelesaian sejumlah pernyakit sosial seperti Narkoba dan merebaknya HIV/AIDS.
<>
“Situasi di Jakarta sudah lampu merah, paling tidak kita bisa mengurangi persoalan-persoalan tersebut,” katanya dalam pidato pelantikan Muslimat NU DKI Jakarta Sabtu (11/6).

Untuk ketika kalinya, putri dari KH Wahab Hasbullah ini terpilih menjadi ketua PW Muslimat NU DKI Jakarta dalam konferensi beberapa waktu lalu. Seusai pelantikan ini, para pengurus langsung melaksanakan rapat kerja untuk menyusun program.

Sementara itu Ketua PWNU DKI H Djan Farid meminta agar Muslimat NU mampu menjawab tantangan zaman dan memberi kontribusi kepada pembangunan di Jakarta.

“Muslimat NU harus mampu menjadi ibu dalam keluarga, dan ibu bagi ibu kota tercinta, karena Jakarta seperti kehilangan arah, penuh Narkotika, HIV, kekerasan, dan kebingungan,” katanya.

Ia menggambarkan, Jakarta bukan lagi tempat yang menenangkan, tetapi penuh dengan suara-suara yang saling merebut perhatian. Disinilah peran ibu bisa berjalan, bagai menengahi anak-anak yang saling bertengkar, dengan memberikan perbaikan pengetahuan agama.

Upaya pengajaran agama ini bukan persoalan mudah di Jakarta karena anak-anak di Jakarta lebih sulit dinasehati dibandingkan dengan anak-anak di luar Jakarta, dihukum pun melawan.

Ia menggambarkan masa kecilnya, jika dimarahi, langsung menurut. Sore hari pun, tidak keluar rumah, tetapi anak-anak sekarang sehabis maghrib tetap dirumah, tetapi berselancar di dunia maya melalui facebook, twitter dan lainnya, yang jika tidak diawasi oleh orang tua, bisa jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan pergi secara fisik. Jika perbaikan genarasi muda gagal, maka dimasa mendatang, Jakarta akan semakin ruwet lagi karena dipimpin oleh orang-orang yang kualitasnya tidak baik.

Ia juga berharap agar Muslimat NU juga mampu mengorganisir ibu-ibu diluar Muslimat NU dan bisa diajak bekerjasama dalam memperbaiki lingkungan sekitar dan perbaikan kualitas Jakarta.

“Mari kita kembalikan Jakarta pada fitrahnya, ibu kota yang mengayomi dan melindungi keluarganya, seperti ibu-ibu,” paparnya.

Sementara itu Mahfudhoh Ali Ubaid, ketua I Muslimat NU mengatakan pentingnya Muslimat NU DKI Jakarta untuk membangun teamwork, mampu menjemput bola guna membesarkan Muslimat NU.

“Masyarakat sekarang tuntutannya sudah nyata, tidak bisa sekedar diberi wejangan saja,” tandasnya.

Ia juga mengingatkan agar di dalam Muslimat NU, benar-benar untuk keikhlasan, bukan untuk tujuan lainnya.

Penulis: Mukafi Niam