Muslim di Eropa, khususnya di Prancis, yang merupakan kelompok minoritas, umumnya masih sering mengalami diskriminasi dalam berbagai aspek. Diskriminasi terjadi seputar permasalahan pembangunan rumah ibadah, pendidikan, beasiswa, dan perkawinan.
Demikian diungkapkan Guru Besar Universitas Lyon, Prancis, Mohamed-Cherif Ferjani, di Jakarta, Kamis (20/11) kemarin. Konsekuensinya, muslim di Eropa kini berusaha keras menyesuaikan diri dengan peraturan hukum di negara masing-masing.<>
Namun, meski mengalami diskriminasi, ada upaya para muslim di benua itu untuk mempersatukan komunitas muslim di seluruh Eropa. "Hal tersebut semakin nyata. Meskipun muncul juga diskriminasi di kalangan komunitas muslim sendiri," paparnya.
Lelaki kelahiran Kairo, Mesir, pada 1951 yang juga staf pengajar sekaligus Direktur Riset dan Studi Mediteran dan Timur-Tengah itu menuturkan, komunitas di negaranya cenderung terkotak-kotak berdasarkan asal negara masing-masing, termasuk pengaruh budaya asal mereka.
"Meski sama-sama Islam, tapi muslim Maroko, misal, hanya akan bergaul dengan muslim dari asal mereka, begitu juga dari Pakistan, Tunisia, dan sebagainya," ungkap Cherif seraya menambahkan bahwa pembauran total masih sulit terjadi.
Secara umum, menurut Chefri, komunitas muslim di Eropa maupun Perancis tidak mengharapkan adanya sistem yang berbeda. Selain itu, dalam pandangannya, ada kesamaan ketertarikan di kalangan komunitas muslim untuk melawan diskriminasi. (rep/rif)
Terpopuler
1
PMII Jakarta Timur Tuntut Keadilan Usai Kadernya Tertembak Peluru Karet hingga Tembus Dada
2
Demo Agustus 2025: Alarm Keras Suara Rakyat
3
PBNU Bersama 15 Ormas Islam Serukan Masyarakat Tenang dan Menahan Diri di Tengah Memanasnya Situasi
4
Instruksi Kapolri soal Tembak di Tempat Dinilai Berbahaya, Negara Harus Lakukan Evaluasi
5
Massa Aksi Jarah Markas Gegana dan Bakar Halte Senen yang Tak Jauh dari Mako Brimob Kwitang
6
Tim NU Peduli Kunjungi Keluarga Affan Kurniawan, Berikan Santunan 100 Juta Rupiah
Terkini
Lihat Semua