Warta

MUI Jatim Makin Bersemangat Dekati Lokalisasi

NU Online  ·  Rabu, 24 Agustus 2011 | 00:47 WIB

Surabaya, NU Online
Tidak sia-sia ikhtiar yang dilakukan MUI Jawa Timur untuk mengentaskan para wanita dari lembah hitam lokalisasi di kota Surabaya. Selama bulan Ramadhan lalu, MUI Jawa Timur telah membentuk Idial (Ikatan Da’i Area Lokalisasi). Sekitar 50 orang ditraining untuk menjadi ujung tombak berdakwah ke lembah maksiat tersebut.

Dan selama bulan Ramadhan ini pula, MUI telah melakukan pendekatan kepada para WTS di lokalisasi untuk diberi siraman rohani dan praktek shalat. Pelatihan shalat misalnya, dilakukan kepada mereka yang tidak “berjualan” selama bulan Ramadhan dan tidak pulang kampung.
<>
“Hasilnya, ternyata sangat mengharukan,” kata KH Abdurrahman Nafis, Lc, MHI, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur yang memimpin praktek shalat di lokalisasi Bangunsari. Mengharukan, karena banyak di antara mereka yang sedang berpraktek shalat itu dilakukan sambil menitikkan air mata.

“Sungguh mengharukan, karena sebenarnya juga ingin menjadi orang baik-baik,” tutur Kiai Nafis, yang juga Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa Timur.

Memang, dalam Ramadhan kali ini MUI Jawa Timur cukup bersemangat mendekati lokalisasi yang menjadi “klilip” Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim tersebut. Yah, karena di Surabaya ada lokalisasi Dolly yang telah terkenal sebagai terbesar di kawasan Asia Tenggara, sementara penduduk Jawa Timur 96 persen lebih beragama Islam. Dan juga, pondok pesantren terbesar di Indonesia adalah di Jawa Timur.

Alhamdulillah, ikhtiar MUI Jawa Timur itu akhirnya membuahkan hasil. Dari 50 orang WTS yang mengikuti pelatihan shalat di sebuah pesantren dekat lokalisasi Bangunsari itu, kini sudah ada 26 orang di antaranya yang mendaftarkan diri untuk “pensiun dini” kepada MUI.

“Mereka sudah menyatakan diri berhenti, sudah tanda tangan, mau pulang dan tidak akan kembali lagi,” tutur Kiai Navis. Mereka berasal dari Jember, Nganjuk, Malang, Madiiun, Blora, Solo, dlsb. Menurut Kiai Nafis, mereka akan diberi bekal meritnis usaha baru yang halal, masing-masing sebesar Rp 4 juta. “Alhamdulillah, mereka sadar. Semoga kesadaran ini segera merembet ke teman-teman yang lain,” harap pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda, Sencaki, Surabaya itu.

Terhadap fenomena keberhasilan dakwah tersebut, menurut Kiai Navis, MUI Jawa Timur makin bersemangat melakukan usaha untuk meminimalisir sampai penutupan lokalisasi di Surabaya. Bahkan saat ini telah diagendakan pada bulan Oktober nanti akan ada sarasehan bertajuk menata kota tanpa asusila yang akan menghadirkan para pimpinan Pemprov Jawa Timur dan para akademisi yang berkompeten.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: M Subhan