Warta

Menuntut Ilmu di ‘Ibukota Santri’ (2)

NU Online  ·  Jumat, 29 Januari 2010 | 03:17 WIB

Damaskus, NU Online
Bagi para santri yang senantisa haus akan ilmu, majlis-majlis pengajian di masjid-masjid di kota Damaskus dalah samudra ilmu bagi mereka. Pengajian-pengajian kitab yang diadakan diasuh oleh ulama-ulama kenamaan di Suriah bahkan ada namanya yang sudah mendunia, yang sangat mengusai materi yang diajarkannya.

Diantara ulama yang saat ini sedang mengasuh pengajian antara lain Prof. Dr. Said Ramadhan al Buthi, pakar ilmu ushul fiqh dan teologi islam yang saat ini sedang mengkaji kitabnya "Dawabitul Maslahah" di Masjid Umawi. Kitab tersebut merupakan desertasinya untuk mendapatkan gelar doktoral di Universitas al Azhar Mesir.<>

Ada juga Prof Dr Wahbah Zuhaili, pakar Fiqh dan Ekonomi Islam yang sedang mengakaji kitab Fiqh Syafi'I muyassar , di masjid Umawi, Prof Dr Nurudin 'Itr pakar Ulumul Hadist dan Ulumul Qur'an, yang sedang mengakaji kitab al Muwata karangan Imam Malik, di masjid Umawi, dan Prof Dr Mazin Mubarak pakar Fiqh Lughah, yang sedang mengakaji kitab Fiqh Lugah, di masjid Umawi.

Sementara itu Syeikh Quroyyim Rajih syaikuhul qurro biladussyam mengakaji kitab tafsir Al-Qur'an, dimasjid Umawi dan Syeikh Naim Araqsusi pakar rijalul hadist (para periwayat hadist) sedang mengaji kitab sahihbukhari di masjid al Iman. Masih banyak ulama besar lainya yang hampir semuanya mempunyai pengajin kitab di masjid-masjid kota Damaskus.

Majelis pengajian di masjid-masjid kota Damaskus adalah tradisi islam turun-temurun kota ini sejak jaman permulaan islam, karena itu tidak aneh bila tradisi keilmuan Islam di ibu kota negeri Syam ini tidak pernah surut atau mengalami pergeseran.

Sebagai contoh bila dahulu kita mengenal al Alamah Ibn Salah (W 643H/1245M), sebagai seorang pakar hadist yang masyhur di dunia pada zamanya, sekarang ada sosok Prof Dr Nurudin 'Itr, pakar hadits yang diakui di dunia islam saat ini.

Bila dahulu kaum muslimin diguncangkan kedahsyatan Imam Ghazali (W 505 H/1111M) sosok filosof dan pemikir islam brilian yang pernah singgah di kota Damaskus dan menyelesaikan karya agungnya Ihya Ulumuddin di kota ini, pada masa sekarang dunia Islam dicengangkan oleh Prof. Dr. Said Ramadhan al Buthi, filosof dan pemikir islam abad ini.

Dahulu umat Islam dibuat kagum oleh kecemerlangan ulama-ulama fiqh yang telah menghasilkan ensiklopedi fiqh komparativ dari berbagai madzhab fiqh hingga berjilid-jilid, seperti Imam Nawawi (W 676H/1277M) ulama madzhab Syafi'i dengan al Majmu'nya 11 jilid, al Alamah Ibn Quddamah (W 682H/1283M) ulama madzhab Hambali dengan al Mugninya 14 jilid atau al Alamah Ibn Abidin (W 1307H/1889M) ulama dari madzhab Hanafi yang mashur dengan hasyiyahnya 8 jilid. Pada masa sekarang dunia Islam masih menyaksikan kecemerlangan ulama fiqh tersebut pada sosok Prof Dr Wahbah Zuhaily penulis kitab ensiklopedi fiqh yang sangat mashur di pelosok dunia islam, dengan mahakaryanya  Fiqh Islam wa Adilltuhu 10 jilid.

Dahulu kita mengenal Imam Ibn Malik (W 672H/1274M) , ulama Andalusia yang hijrah ke kota Damaskus, yang terkenal dengan seribu baitnya (alfiyah Ibn Malik) dalam bidang ilmu gramatika bahasa Arab. Matan (teks) kaidah gramatika arab yang sangat melegenda dalam dunia Islam, di negeri kita Indonesia bait-bait ini masih banyak dihafalkan oleh para santri, terutama di pesantren-pesantren yang berbasiskan tradisional.

Pada masa ini kota Damaskus masih bisa melahirkan tokoh pakar gramatika bahasa  Arab yang mashur didunia islam yaitu Prof Dr Mazin Mubarak, ulama yang telah meraih berbagai penghargaan dalam bidang bahasa Arab berkat jasa-jasnya dalam mengawal keorisinilan bahasa Arab dari pengaruh-pengaruh penjajahan bahasa asing.

Kala matahari mulai beranjak dari peraduanya untuk menerangi jagad cakrawala di waktu dhuha, para santri kembali ke kamar masing-masing untuk mempersiapkan aktivitas belajar mereka di lembaga pendidikan tempat mereka menempa ilmu. Bagi yang belajar di ma'had-ma'had seperti Ma'had Syekh Badurdin al Hasani atau Ma'had al Fatah al Islami jam tujuh pagi, mereka harus mengayuhkan langkahnya menuju ma'had karena jam tujuh lebih setengah jam mereka harus sudah ada di ruang belajar untuk memulai pelajaran.

Bagi mereka yang belajar di Universitas Damaskus jam delapan pagi harus sudah ada di ruangan kuliyah untuk menerima materi-materi kuliah dari sang dosen. Hampir semua pelajar Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Universitas Damaskus, belajar di fakultas Sastra Humaniora dan Fakultas Syari'ah, karena dua fakultas ini yang menjadi tujuan utama mereka ketika belajar di timur tengah, adapun fakultas lain yang bersifat eksak seperti kedokteran, arsitek dan lain-lain, belajar di negara-negara barat tentu lebih baik.

Di lembaga pendidikan yang mengadakan aktivitas kuliah di sore hari seperti Mujamma' Abu Nur, para santri melanjutkan aktivitas belajar mereka di kamar atau melakukan privat belajar kepada para masyayikh yang menyediakan waktunya untuk para santri yang ingin mendalami ilmu-ilmu syari'at islam.

Pada sore hari ketika jadwal kuliah telah selesai, para santri langsung menuju masjid yang sedang melaksanakan aktivitas pengajian untuk mengikutinya dan untuk lebih mendalami lagi materi belajar di kuliah, karena materi-materi kuliah hanya bersifat pengantar umum maka di masjid-masjid inilah kaum santri menempa lebih dalam lagi materi kuliah yang diajarkan di bangku kuliah, sampai malam menjelang para santri baru kembali ke tempat peristirahatanya masing-masing untuk memulai lagi aktivitas di keesokan harinya.

Demikian sekilas gambaran suasana menuntut ilmu di Ibukota para santri ini. Ibukota yang siap untuk mencetak generasi neo Ghazali dengan pemikiran-pemikiran cemerlangnya atau neo Nawawi yang sangat produktif dengan karya-karya ilmiyahnya atau neo-neo ulama Negeri Syam yang agung lainya yang telah menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban Islam. (Nurun Maksuni)