Warta

Menko Polkam Mengundurkan Diri

NU Online  ·  Kamis, 11 Maret 2004 | 11:23 WIB

Jakarta, NU.Online
Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono mengajukan pengunduran diri dari kabinet Gotong Royong sesudah "berselisih" dengan Presiden Megawati.

Pengunduran dirinya itu disampaikan dalam keterangan persnya yang diliput sekitar seratus lebih wartawan dalam dan luar negeri. Susilo yang akrab dipanggil SBY mengatakan, pengunduran dirinya sudah disampaikan ke presiden Kamis pagi (11/3).

<>

"Surat pengunduran diri sudah disampaikan ke Presiden tadi pagi. Hal itu dimaksudkan agar kinerja kabenet dan presiden tidak terganggu," katanya yang didampingi oleh pejabat kantor Menko Polkam.

Menurut Yudhoyono, sebenarnya dia sudah mengirimkan surat pada 8 Maret dan disusul surat kedua hari ini yang isinya ingin meminta penjelasan dari presiden apa benar wewenangnya sebagai Menko Polkam sudah diambilalih.

Susilo menerangkan, dirinya sudah mengajukan surat untuk bertemu dengan presiden, namun hingga tadi pagi dijawab oleh ajudan presiden belum ada waktu. Namun hingga hari ini, kata dia, tidak ada tanggapan walaupun dirinya sudah mengontak melalui ajudan presiden.

Yudhoyono yang dipandang sebagai pesaing dalam pemilihan presiden bulan Juli, mengatakan hubungan dengan Megawati telah "terganggu". "Sekarang semakin sulit untuk mempertahankan tugas saya secara semestinya," katanya.

"Kalau kemarin Sekretaris Negara [Bambang Kesowo] menyatakan bahwa tidak ada masalah bahkan mempersilakan saya datang untuk rapat kabeinet soal gas hari ini adalah upanya mengalihkan persoalan," ungkapnya hari ini.

Pagi hari, Bambang Kesowo mengatakan Yudhoyono akan datang pk 13.00 untuk mengikuti rapat terbatas dan menganggap persoalan dengan presiden tidak ada lagi..

Dirinya menambahkan sebenarnya ini masalah sederhana yakni soal koordinasi. Tapi sangat krusial bagi menko polkam karena kewenangnya tidak ada kejelasan.

Yudhoyono dianggap menjadi salah satu menteri dalam kabinet Megawati yang paling populer dan kompeten sehingga dia berpotensi menjadi pesaing kuat untuk jabatan presiden. Namun dia tidak memiliki dukungan partai besar.

Kampanye Dimulai

Kampanye yang dijadwalkan 11 Maret ini dibuka dengan suasana pesta saat partai-partai politik membanjiri jalan-jalan di Jakarta yang sudah macet. Namun tiga pekan selama kampanye berlangsung kemungkinan akan menjadi pertarungan keras antara 24 partai peserta pemilu.

Pemilu nanti akan menjadi salah satu pesta demokrasi terbesar di dunia. Sekitar 147 juta orang berhak memberikan suara bagi 500.000 kandidat untuk DPR dan DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

Hasil pemilu juga penting bagi pemilihan presiden langsung Indonesia bulan Juli nanti karena partai-partai yang ikut pemilu harus memenangkan suara sedikitnya tiga persen untuk mencalonkan kandidatnya dalam pemilihan presiden.

Pengamat menyebutkan dalam tiga pekan mendatang situasinya akan genting. Sebagian besar pemilih menyatakan mereka belum memutuskan siapa yang akan dipilih dan analis politik mengatakan dengan perbedaan kecil partai-partai itu, maka pemilih akan mengamati rencana partai dengan lebih seksama. (lip6/tnr/cih)