Warta

Menkes: Kesehatan di Pesantren Kurang Perhatian

NU Online  ·  Ahad, 24 Juni 2007 | 00:21 WIB

Magelang, NU Online
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan, masalah kesehatan di lingkungan pondok pesantren selama ini jarang mendapatkan perhatian secara optimal.

"Di desa, segmen pesantren selama ini jarang tersentuh, para santri dianggap sebagai masyarakat pinggiran, sekarang kita sadar bahwa santri adalah kelompok masyarakat yang memiliki peranan penting dalam pembangunan bangsa," katanya saat Penyanangan Santri Siaga dan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren) di Kompleks Ponpes Asrama Perguruan Islam, Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Sabtu (23/6).<>

Ia mengatakan, para santri harus mendapatkan perhatian kesehatan baik secara fisik, mental, maupun sosial.

Selama ini, katanya, masalah kesehatan yang diajarkan kepada para santri hanya sebatas kesehatan rohani. Kini masalah kesehatan jasmani juga perlu diajarkan kepada mereka.


Saat kelak mereka hidup di tengah masyarakat, mereka dapat mengajarkan tentang cara-cara perilaku hidup sehat selain mengajarkan agama.

Pada kesempatan itu Menkes Fadilah menegaskan bahwa upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat harus diperjuangkan oleh seluruh lapisan masyarakat. "Masyarakat yang sehat menjadi tanggung jawab bersama," katanya.

Ia mengatakan, kini masyarakat miskin mendapat layanan kesehatan gratis baik di puskesmas maupun di rumah sakit. Masyarakat miskin yang masih dipungut biaya pengobatan di puskesmas dan rumah sakit harus segera melapor kepada bupati setempat.

"Untuk kaum duafa, pengobatan gratis atau dibiayai pemerintah, di desa juga ada Desa Siaga dengan petugas bidan dan relawan, untuk menghadapi kondisi bencana dan penyakit," katanya.

Pada kesempatan itu Fadilah mengatakan para santri siaga perlu mendapatkan tugas untuk melakukan pendataan terhadap para ibu hamil di kampung-kampung yang relatif jauh dari jangkauan petugas medis.

"Saya ingin santri siaga terutama para santriwati juga mendata ibu-ibu yang hamil yang di kampung-kampung yang jauh dari jangkauan, dicatat persalinan, ditolong siapa, mampu membayar atau tidak, sehingga masyarakat sekitar pesantren mendapat berkah dari keberadaan pesantren," katanya.

Koordinator Santri Siaga Provinsi Jawa Tengah, K.H. Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) mengatakan, selama ini para santri berobat ketika sakit. Mereka kini harus melakukan tindakan penyegahan dari penyakit.

"Selama ini ketika santri sakit baru berobat ke puskesmas atau rumah sakit," kata Gus Yusuf yang juga pengasuh ponpes setempat.

Upaya pencegahan penyakit, katanya, perlu dilakukan di kalangan para santri, karena jika mereka sakit tidak bisa belajar secara optimal.

Pada kesempatan itu Menkes Fadilah menyerahkan sejumlah bantuan antara lain mobil ambulans dan alat-alat perlengkapan poskestren yang diterima Pimpinan Ponpes Tegalrejo, K.H. Abdurrahman Chudlori.(ant/san)