Warta

Mengikuti Pengajian Ramadhan di Pesantren KH Sahal Mahfudh

NU Online  ·  Rabu, 9 September 2009 | 06:01 WIB

Pati, NU Online
Bulan Ramadhan memang identik dengan kegiatan keagamaan dan laku spiritual. Di setiap Ramadhan, selalu ada pengalaman baru bagi yang menghayati. Pengalaman dalam mengaji inilah yang ingin diraih oleh santri di Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen, Pati.

Di pesantren asuhan KH. Sahal Mahfudh ini, diselenggarakan kegiatan Pengajian Ramadhan atau "Ngaji Posonan". Hampir setiap Ramadhan, ratusan santri kalong--istilah santri yang tak bermukim di pondok-- dan santri posonan, hadir untuk mengaji. Tradisi mengaji posonan memang telah menjadi kebiasaan rutin di berbagai pesantren Indonesia.<>

Pada Ramadhan 1430 H kali ini, santri yang mengaji di pesantren Maslakul Huda lebih banyak dibanding tahun lalu. Ngaji bersama KH Sahal Mahfudh memang menjadi kerinduan dan dambaan bagi sebagian santri. Terlebih, bagi yang ingin memperdalam pengusaan kitab kuning namun tak sempat belajar di pesantren. Maka, momentum Ramadhan kali ini menjadi oase tersendiri bagi santri yang rindu dengan ngaji posonan.

Ngaji posonan di Pesantren Maslakul Huda dimulai pada hari kedua Ramadhan. Pada Ramadhan kali ini, KH Sahal Mahfudh mengaji kitab Kifayatul Atqiya', Daqaiqul Lathaif dan Kitab Tafsir, juga ada kiai lain, semisal KH Yasir, KH Syaiful Akhyar, KH Saifur Rohman, dan Ustadz Faruq Barlian.

Mohammad Adzroi, salah satu santri, mengungkapkan bahwa ngaji posonan memang momentum yang ditunggu-tunggu, karena para santri dapat mengaji secara intensif.

"Saya sudah mengaji di pesantren ini selama 9 tahun dan mengaji posonan setiap Ramadhan", ungkap Adzroi yang berasal dari Pekalongan. Ngaji posonan bagi sebagian santri memang sangat ditunggu. Bahkan, banyak yang sudah merencanakan ngaji sebelum Ramadhan hadir.

"Pengurus pesantren sudah menginformasikan ngaji posonan sebelum Ramadhan. Jadi santri yang dari luar kota bisa mengakses dan mencari kitab yang diinginkan", terang Adzroi.

Selain kepuasan mengaji, hal yang dicari dalam ngaji posonan adalah sanad dan berkah dari Kiai. "Saya selalu meluangkan waktu untuk ngaji posonan. Sebab, ada manfaat keberkahan dan orisinalitas sanad, terutama dari Kiai Sahal," ungkap Abdurrohim, dari Sambilang, Trangkil. Sanad merupakan silsilah mengaji dari pengajar sampai penulis kitab.

Puncak penutupan ngaji posonan di pesantren Maslakul Huda dilaksanakan pada Ahad (6/9) malam lalu. Seperti biasa, KH Sahal Mahfudh membacakan sanad (silsilah) kitab dan memberikan tausyiah untuk santri. Menurut Kiai Sahal, untuk pegangan hidup di Indonesia, santri harus memiliki prinsip hidup.

"Saya hanya berpesan satu saja, kita harus punya prinsip dalam kehidupan ini", ungkap Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini. Prinsip ini, imbuh Kiai Sahal, sebagai pedoman hidup di tengah kompetisi politik dan berbagai pilihan lain.

"Kalau kita punya prinsip, kita tak akan berpindah-pindah fokus hidup. Jangan sampai, ketika ada merah ikut merah, ketika musim hijau ikut hijau, biru ikut biru," terangnya.

Kiai Sahal berpesan agar santri dan masyarakat luas mampu mengemban prinsip sebagai pandangan dan pedoman hidup. (Munawwir Aziz)