Pergerakan KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur dalam memimpin NU sangat jelas membela pada nasib warga, melawan ketidakadilan ekonomi dan budaya, mendukung kelompok minoritas dan sebagainya. Inilah sebabnya mengapa Gus Dur dicintai dan dihormati.
Demikian dikatakan Helmi Ali pada NU Online melalui surat elektronik tadi siang (31/1). "Sebetulnya, perjuangan NU zaman Gus Dur dulu tidak kalah beratnya dengan zaman sekarang. Problemnya, lawan NU sekarang kadang kabur. Itu yang bikin sulit ulama NU hari ini," ungkap Helmi Ali.
/>
"Zaman Gus Dur dulu jelas, lawannya otoritarianisme Orde Baru. Sekarang, di saat kelompok-kelompok cair, relasi negara dan masyarakat cair, sulit membedakan mana lawan dan mana kawan. Maksud saya, pihak yang melakukan penindasan itu jelas, pihak yang berusaha menghabisi tradisi itu jelas. Kalau sekarang kan tidak jelas. Siapa kawan siapa lawan sekarang ini tidak begitu jelas. Kita tidak begitu jelas, bisa jadi yang kita anggap lawan itu ternyata ada bersama kita, masuk ke dalam rumah kita dan menggrogoti atau meracuni kita secara diam-diam, sehingga, sehingga sakit dan menjadi lumpuh," jelasnya.
Mungkin, situasi itulah, Kata Helmi, yang menyebabkan penampilan NU sekarang ini tampak berbeda, lebih pendiam. Tidak banyak berbicara atau mencoba merespon tentang berbagai persoalan-persoalan yang berkembang sekarang ini, terutama yang menyangkut nasib warganya yang kebanyakan berada di lapis bawah.
"Saya kira bukan karena tidak peka, atau karena tidak paham tentang garis-garis perjuangan NU, atau tidak faham tentang sejarah NU. Mungkin karena cara pandangnya yang berbeda," tambahnya.
Dia menyatakan, NU tidak harus tampil dengan gaya masa lalu. Yang penting menunjukkan konsistensi dengan cita-cita NU. "Bicaralah tentang keadilan bagi warga NU yang terpinggirkan, berikan pembelaan kepada mereka, misalnya korban Lapindo," tegasnya.
"NU juga perlu melihat posisinya lagi, bahwa NU bukan aparat pemerintah atau negara. Memang komunikasi dengan negara perlu dijaga, tetapi pemihakannya harus pada warganya, komunitasnya," tambah Helmi. (nn)
Terpopuler
1
Munas Majelis Alumni IPNU Berakhir, Prof Asrorun Niam Terpilih Jadi Ketua Umum
2
PPATK Tuai Kritik: Rekening Pasif Diblokir, Rekening Judol Malah Dibiarkan
3
Bendera One Piece Marak, Sarbumusi Serukan Pengibaran Merah Putih
4
Hadiri Haul Buntet 2025, Ketum PBNU Tegaskan Pesantren Punya Saham dalam Tegaknya NKRI
5
Gelombang Tinggi di Cianjur Hantam 67 Perahu Nelayan, SNNU Desak Revitalisasi Dermaga
6
Alumni IPNU Harus Hadir Jadi Penjernih dalam Konflik Sosial dan Jembatan Antarkelompok
Terkini
Lihat Semua