Menelusuri Cara NII Masuk Kampus UIN Syarif Hidayatullah (1)
NU Online · Rabu, 27 April 2011 | 15:18 WIB
Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) kembali ramai dibicarakan. Anggota dan jaringannya dikait-kaitkan dengan pelaku kasus 'cuci otak' hingga aksi teror bom yang baru-baru ini terungkap. Para pengikut NII juga tak pernah berhenti merekrut kader-kader baru dengan cara menyusup ke dalam kampus mahasiswa. Seperti apa?
Tak ada pemandangan yang mencolok saat NU Online berkeliling di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, kemarin. Suasana kampus yang terletak di Jalan Ir H Juanda No 95, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, ini hampir sama dengan kampus-kampus perguruan tinggi pada umumnya. Yang membedakan mungkin saja terlihat pada penampilan para mahasiswinya. Hampir semua mahasiswi di UIN Syarif Hidayatullah ini mengenakan jilbab.
t;
Ini berbeda dengan penampilan para mahasiswa laki-laki. Meski berada di lingkungan kampus bernuansa Islam, tak terlihat ada mahasiswa yang berpenampilan ekstrem. Aktivitas mereka di dalam kampus, tak beda halnya seperti mahasiswa-mahasiswa kebanyakan. Dari mengikuti kegiatan perkuliahan hingga kegiatan intrakurikuler kampus, tak ada yang berbeda. Pemandangan lainnya yang bisa ditemukan adalah kelompok-kelompok mahasiswa yang duduk di sudut-sudut taman dan halaman kampus mengisi waktu luang.
Dalam beberapa hari terakhir, nama UIN Syarif Hidayatullah mencuat terkait terungkapnya jaringan pelaku bom buku dan percobaan peledakan pipa gas di kawasan Gading Serpong, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang. Dari 20 tersangka pelaku yang ditangkap, seorang diantaranya bernama Pepi Fernando (34), yang disebut-sebut alumnus UIN Syarif Hidayatullah. Pihak kampus membenarkan bahwa ada mahasiswa bernama Pepi yang lulus pada 2001.
Dalam buku daftar alumnus yang ditunjukkan pihak kampus, alumnus dimaksud hanya tertulis nama depannya saja Pepi tanpa nama belakang. Pepi merupakan alumnus Jurusan Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dalam buku tersebut juga tertulis Pepi lahir di Sukabumi, 10 Desember 1977. "Tahun tamat 2001, masuknya 1997," ungkap Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah.
Komarudin mendapat informasi dari para dosen, selama kuliah di UIN sosok Pepi tidak menunjukkan citra agamis ekstrem, apalagi berpandangan radikal. Paham radikal yang dianut Pepi, menurut Komarudin, tidak didapat di kampus UIN. Pepi juga disebut-sebut sebagai salah satu anggota NII Banten. Tapi, belum ada fakta kuat yang menjelaskan keterkaitannya dengan organisasi bawah tanah bentukan Kartosoewirjo tersebut. Sejumlah pengamat hanya menyimpulkan berdasarkan analisis masing-masing.
"Yang saya tahu, Pepi itu sudah beberapa lama aktif di NII. Sehingga, mungkin radikalisme Islam dia dapat di sana. Hanya saja, Pepi tidak sepaham dengan NII kemudian memilih jalur sendiri," kata Mardigu Wowiek Prasantyo, pengamat teroris. Begitu juga dengan apa yang disampaikan pengamat intelijen Dynno Chresbon. Ia menilai keterkaitan Pepi dengan NII adalah dari latar belakang pendidikannya. "Keterkaitan Pepi dan NII terlihat dari latar belakang akademisnya. Pepi lulusan UIN Syarif Hidayatullah. Basis terkuat NII Banten adalah di kampus-kampus, termasuk UIN Syarif Hidayatullah," kata Dynno.
Para pengamat pun telah menyimpulkan kampus UIN Syarif Hidayatullah sudah sejak lama disusupi paham NII. Hal ini juga diakui pihak kampus. Pihak rektorat banyak mendapat informasi gerakan ekstremisme dan radikalisme yang menyasar mahasiswa dan anak-anak indekos di sekitar kampus UIN. “Saya ada dugaan mereka (jaringan NII) masuk UIN," kata Komarudin Hidayat. Namun, ia membantah bila dikatakan kampus UIN menjadi basis terkuat NII Banten. "Dari mana data bahwa UIN jadi basis terbesar NII?" katanya berbalik tanya.
Saat ini, jelas Komarudin, pihak kampus sedang melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan gerakan NII yang masuk ke dalam kampus. Komarudin mengakui penelitian itu akan sulit dilakukan, karena umumnya kaum militan menyembunyikan diri. Sehingga, hasil penelitian itu sulit diharapkan untuk dapat mendeteksi kelompok-kelompok radikal.
Untuk mengenali mahasiswa yang menjadi pengikut NII memang tidak mudah. Salah seorang alumnus UIN Syarif Hidayatullah, Sirojudin, mengaku pernah mengenal sosok Pepi semasa kuliah. Sirojudin bertutur, Pepi tidak pernah menunjukkan sikap atau paham radikalisme maupun gerakan NII di dalam kampus. Hanya saja, kata Sirojudin, semasa kuliah Pepi merupakan sosok mahasiswa yang aktif di kegiatan kampus.
"Di UIN ada pusat kegiatan mahasiswa. Setahu saya, Pepi aktif di LDK, Lembaga Dakwah Kampus. Dia juga aktif di Himpunan Mahasiswa Bekasi. Ada teman satu kosnya dulu yang saya kenal, namanya Saiful. Sekarang Saiful menjadi redaktur di Rakyat Merdeka,"kata Sirojudin.(M. Sriyanto Zaini)
Terpopuler
1
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
2
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
3
Rekening Bank Tak Aktif 3 Bulan Terancam Diblokir, PPATK Klaim untuk Lindungi Masyarakat
4
Hadapi Tantangan Global, KH Said Aqil Siroj Tegaskan Khazanah Pesantren Perlu Diaktualisasikan dengan Baik
5
Advokat: PT Garuda dan Pertamina adalah Contoh Buruk Jika Wamen Boleh Rangkap Jabatan
6
Israel Tarik Kapal Bantuan Handala Menuju Gaza ke Pelabuhan Ashdod
Terkini
Lihat Semua