Warta

Media Tunduk Kepentingan Pemilik Modal

NU Online  ·  Selasa, 4 Agustus 2009 | 09:42 WIB

Jakarta, NU Online
Jika pada masa Orde Baru, kebebasan pers mendapatkan hambatan dari penguasa untuk menyampaikan aspirasinya, pada saat ini, tantangan yang dihadapi adalah cengkeraman dari pemilik modal yang menentukan kebijakan pemberitaan.

Demikian disampaikan Pengamat komunikasi Cipta Lesmana dalam dialog profesionalisme media massa yang diselenggarakan oleh Dewan Pers dan Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) di Jakarta, Selasa (4/8).<>

Ia juga menyatakan kinerja media massa selama masa pileg dan pilpres menyedihkan. Sekitar 80 persen media, dalam pemberitaannya, mendukung pasangan capres-cawapres tertentu.

"Ini menyedihkan. Media yang seharusnya memainkan peran mediator komunikasi antara pemerintah dan rakyat malah menjadi aktor komunikasi politik," ujarnya.

Sementara itu, Bambang Harimurti, wartawan senior Tempo mengungkapkan media massa tidak memiliki peran yang signifikan dalam pemilu 2009 karena sebelum pemilu, berdasarkan survey LSI pimpinan Denny JA dan LSI, 60 persen pemilih sudah menentukan pilihannya, dan yang belum memilih cenderung golput. Ini tidak jauh berbeda dengan hasil pemilu yang diumumkan KPU dimana 60.8 persen rakyat memilih pasangan SBY-Boediono.

"Jadi, floating mass atau massa mengambang yang menjadi target pasangan capres-cawapres melalui pemberitaan di media tidak tercapai. Pengaruh media tidak signifikan," tandasnya.

Soegeng Santoso, guru besar tetap Universitas Negeri Jakarta (UNJ) meminta agar berita disajikan berdasarkan fakta-fakta, dan tidak membumbuinya dengan hal-hal yang dapat menimbulkan antipati, jengkel, tersinggung dan benci. Walaupun berdasarkan fakta, penyajian harus hati-hati kalupun nanti diperkirakan akan berakibat negative, atau menimbulkan konflik dalam masyarakat

“Penyajian harus bijak dan arif, sebab masyarakat itu sangat heterogen kepribadiannya, ada yang emosional, sabar, apatis dan diam saja,” katanya.

Setiap suku memiliki temperamen yang berbeda-beda sehingga begitu membaca berita, lalu mempunyai sikap yang berbeda. Media harus menjadi perekat bangsa sehingga persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga demi kestabilan nasional. (mkf)