Warta

Maulid Diba' Pengantar Pentas Kiai Kanjeng

Jum, 1 April 2011 | 14:07 WIB

Pekalongan, NU Online
Tak seperti biasanya, hari jadi kota Pekalongan yang ke 105 yang jatuh tanggal 1 April 2011 dimeriahkan gambang sholawat Kiai Kanjeng dari Yogyakarta. Jika pada tahun-tahun sebelumnya cukup dengan menggelar istighotsah sebelum acara kirab dimulai, tahun ini kegiatan peringatan hari jadi dibuat lebih meriah.

Kehadiran Cak Nun bersama Kiai Kanjengnya diharapkan mampu memberikan hiburan masyarakat kota Pekalongan dengan klaimnya sebagai kota religius. Meski tak secara langsung mengakuinya, urutan urutan tampilan Cak Nun bersama kawan kawanya di atas panggung semuanya bernuansa ajaran ahlussunnah wal jama'ah, toh tak membuat mereka yang anti aswaja merasa tersinggung.<>

Lantunan bacaan maulid diba' sebagai pembuka penampilan Cak Nun dilanjutkan dengan pembacaan asyrokol disertai berdiri membuat seluruh pengunjung harus ikut berdiri bersama Cak Nun yang diiringi musik terbang. Kemudian dilanjutkan dengan senandung sidanan nabi, ya rasulalloh dan beberapa senandung maulid yang tidak asing lagi bagi masyarakat Kota Pekalongan yang terbiasa dengan kegiatan maulid barzanji, diba' atau simtud duror.

Sebelum acara dilanjutkan, Cak Nun dihadapan ribuan pengunjung mengatakan, apa yang baru saja dilakukan merupakan wujud kecintaan dirinya kepada Allah dan Rasulullah, bukan karena dirinya pengikut NU atau anti Muhammadiyah. Pasalnya, di zaman Rasulullah, Rasulullah sendiri belum kenal dengan NU dan Muhammadiyah, ujarnya disambut "ger" pengunjung.

Dikatakan, dirinya melakukan hal itu di setiap pentasnya, sebagai upaya untuk dekat dengan Rasulullah, apalagi kota Pekalongan merupakan "gudangnya" habaib dan kiai, tentu saja ritual yang telah dia lakukan tidak asing lagi.

Menurut Cak Nun nama lengkap dari Emha Ainun Najib, kita ummat Islam jangan lagi mempersoalkan masalah bid'ah, "Itu masalah yang terlalu kecil untuk diperdebatkan," ujarnya, yang terpenting bagaimana mengatasi persoalan bangsa dengan cara kita, karena kita ini bangsa besar dan terhebat di dunia, kita tidak perlu takut apalagi minder dan saatnya kita harus bangkit menghadapi dunia, ujarnya dengan berapi api.

Acara yang berlangsung hingga pukul 23.30 wib tadi malam (31/3) di lapangan Mataram depan kantor Pemerintah Kota Pekalongan dihadiri seluruh elemen masyarakat, kiai, habaib, tokoh masyarakat hingga rakyat jelata duduk lesehan sebagai ajang kreasi budaya yang bernafaskan islami, diharapkan menjadi media hiburan di saat Kota Pekalongan memperingati hari jadinya yang ke 105.

Masyarakat banyak berharap di hari jadi kota Pekalongan ini, agar pemerintah lebih peduli kepada kaum dzuafa', bukan hanya dalam ucapan saja, akan tetapi juga tindakan riil khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang dirasakan semakin berat bagi masyarakat yang kurang mampu. (iz)