Semarang, NU Online
Masjid harus jadi pusat syiar Islam. Masjid bukanlah tempat sholat berjamaah saja dan bukan pula sebatas pusat ritual formal. Seharusnya setiap masjid seperti zaman Rasulullah, menjadi pusat peradaban. Segala persoalan umat dibicarakan di masjid, termasuk solusi masalah duniawi.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen, Tlogosari, Pedurungan, Kota Semarang KH Haris Sodaqoh menyampaikan hal itu dalam acara Silaturahim Takmir Masjdi se-Kota Semarang yang digelar Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (BP MAJT) di Hotel Pandanaran Semarang, baru-baru ini.
<>
Acara dihadiri Walikota Semarang Soemarmo HS, mantan gubernur Jateng yang kini Ketua BP MAJT H Ali Mufiz, pejabat Kantor Kemenag Kota Semarang, Ketua Dewan Masjid Indonesia Jateng H Ahmad, sohibul bait H Imam Syafii dan para pengurus takmir masjid se-Kota Semarang.
Kiai Haris mengatakan, para pengurus takmir harus selalu memikirkan bagaimana agar masjid makmur. Penuh orang berjamaah dan ramai orang belajar. Taklim Al-Qur’an, mengaji kitab, bermusyawarah, dan seterusnya.
“Takmir masjid harus selalu berpikir syiar. Berusaha membuat masjidnya makmur dalam kegiatan ibadah maupun keilmuan. Lebih bagus lagi meniru Rasulullah, menjadikan masjid sebagai pusat peradaban,” tutur wakil ketua MUI Jateng ini.
Haris menambahkan, banyak takmir masjid yang masih belum maksimal menjalankan tugasnya. Tak sedikit yang puas dengan keberhasilan membangun masjid yang megah dan indah.
Menurutnya, yang justru penting adalah membina keimanan umat. Mendidik segenap kaum muslimin agar memiliki gairah keislaman yang kuat, sehingga giat senang di masjid dan selalu berkepentingan dengan masjid.
Jika tidak demikian, maka masjid akan tidak punya ruh. Kering dari syiar dan tak beda dengan semacam tempat pemujaan belaka. Karena itulah dia minta, setiap masjid harus punya lembaga pendidikan. Perlu diupayakan ada Taman Pendidikan Al-Qur’an, madrasah atau lebih bagus lagi pondok pesantren.
“Kita patut prihatin, kemakmuran masjid masih banyak yang memprihatinkan. Masjid sepi jamaahnya dan garing dari kegiatan keislaman. Marilah kita usahakan ada majlis taklim dan lembaga pendidikan di masjid,” ujarnya.
Ia terang-terangan mengritik para pengurus Takmir yang hanya berpikir seperti kontraktor bangungan. Yakni bersemangat membuat masjid yang megah dan indah, tapi tidak berpikir memberbanyak jamaah.
“Tak peduli di kota, di desa yang religius pun ada masjid megah yang kosong jamaahnya. Saya pernah pergi ke Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang. Di desa yang dekat dengan Mbah Maimun Zubair (pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar) pun saya pernah masuk masjid di pinggir jalan besar saat dhuhur. Ternyata isinya cuma satu imam dan satu makmum yang tak lain muadzinnya,” kisah dia disambut tawa hadirin.
Sambil bercanda Haris bahkan pernah mengusulkan agar takmir MAJT maupun takmir masjid lainnya menyediakan doorprize bagi orang yang rutin sholat berjamaah. Tujuannya agar masjidnya ramai alias makmur.
“Saya pernah usul agar BP MAJT menyediakan doorprize buat jamaah sholat. Wah, enak sekali ya, mau dapat surga saja sudah dikasih hadiah kala di dunia,” ujarnya menambah gerr hadirin.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Ichwan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua