Warta PENGAJIAN MUHARAM

Masjid adalah Pusat Peradaban

Kamis, 8 Desember 2011 | 02:50 WIB

Semarang, NU Online
Masjid adalah pusat peradaban. Bukan semata tempat sholat berjamaah atau ibadah ritual semata. Dari masjidlah peradaban Islam dibangun dan dikembangkan.

Dalam sejarahnya, masjid pertama yang didirikan oleh Nabi Muhammad, yaitu Masjid Quba, difungsikan sebagai tempat bermusyawarah untuk membahas soal ekonomi, masalah masyarakat, strategi perang dan sebagainya. Juga masjid kedua, yaitu Masjid Nabawi di Madinah, juga berfungsi luas. Semua persoalan umat dirembug di masjid oleh Nabi dan para sahabatnya. <>

Hal itu disampaikan pengasuh Ponpes Al-Fadlu wal Fadilah Kaliwungu Kendal, KH Dimyati Rois, dalam Peringatan Tahun Baru Hijriyah 1433 di Masjid Agung Jawa Tengah, Senin (6/12) malam.

Acara dihadiri ketua BP MAJT Ali Mufiz dan jajarannya, Kepala Biro Bintal Pemprov Jateng Sunarto, ketua Takmis Masjid Agung Semarang KH Hanief Ismail, anggota DPRD Jateng Gatyt Sari Chotijah, serta ratusan kaum muslimin dan tamu undangan. 

“Islam itu agama universal. Mencakup semua aspek kehidupan. Pusatnya ada di masjid. Dari masjidlah peradaban Islam dibangun dan dikembangkan,” tutur Kiai Dimyati.

Dikatakannya, masjid besar seperti MAJT harus bisa meniru masjid buatan Rasul. Yaitu menjadi pusat dakwah, pusat pendidikan, serta pusat membangun peradaban Islam. Tidak boleh tabu membahas soal ekonomi, politik, dan lainnya.

Ia juga mengingatkan bahwa tidak ada urusan yang tidak wajib dalam Islam. Ada yang fardhu ain (semua orang wajib menguasainya), ada pula fardhu kifayah (cukup dikuasai oleh para ahli).

Mengutip Imam Al-Ghazali Mbah Dim menjelaskan, sudah lebih dari seribu tahun lalu, saat sebelum orang Eropa  mengenal industri, Imam Ghazali sudah mengajarkan bahwa umat Islam harus menguasai industri dan teknologi. Dan ilmu itu diolah dan diajarkan di dalam masjid.

“Semua urusan umat harus diurus oleh Islam, melalui pusatnya yaitu masjid. Industri dan teknologi sudah diajarkan Imam Ghazali lebih seribu tahun lalu,” ujarnya.    

Mbah Dim, panggilan akrabnya, juga menguraikan sejarah hijrah Nabi Muhammad. Dia sebutkan, sebelum Nabi mendirikan Masjid Nabawi, di tengah antara Quba dan Yatsrib (sekarang Madinah), Nabi menunaikan sholat Jum’at di tanah lapang di sebuah lembah bernama Ranunah. Dari tempat itulah Bani Sulaim yang menghuni kawasan situ mendirikan masjid yang kemudian disebut Masjid Jum’ah.

Kepala Biro Bintal pemprov Jateng Sunarto yang membacakan sambutan gubernur menyampaikan, pengajian ini dapat memberikan pencerahan bagi jamaah tentang makna tahun baru Islam. Dia mengharapkan momentum itu membuat kondisi Jawa Tengah yang aman, tentram dan berkah.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Muhammad Ichwan