Jakarta, NU.Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi di Pontianak menilai masih wajar ada calon presiden yang berusaha mencari simpati kepada para ulama.
"Mencari simpati itu wajar saja, asal tidak berlebih-lebihan, dan jangan sampai memecah belah pesantren dan memecah belah ulama," kata Muzadi kepada wartawan di Pontianak, Jumat (16/1). Ia mengatakan, kalau ada calon presiden mencari simpati, disilakan saja asalkan simpati itu tidak cuma basa-basi belaka.
<>Sementara mengenai adanya tawaran dari beberapa pihak agar ketua PBNU itu menjadi calon presiden dan atau calon wakil presiden, ia mengakui memang ada beberapa orang yang sudah mengajaknya. "Saya tidak boleh menyebut namanya, ada dan banyak. Cuma saya ini kan ketua NU, harus menunggu keputusan boleh tidaknya. Kalau NU bilang tidak boleh, ya tidak bisa dong," katanya.
Menurut Muzadi, sampai saat ini belum ada keputusan NU mengenai bisa atau tidaknya ia yang dengan kapasitas sebagai ketua PBNU, menjadi calon presiden atau wakilnya. Jika memang dibolehkan, maka ada kebebasan bagi dirinya pribadi untuk memilih mencalonkan diri atau tidak. "Nah inikan belum ada keputusan apa-apa," imbuhnya.
Namun secara pribadi, terlepas sebagai ketua NU, ia berharap agar calon presiden jangan hanya kepingin jadi presiden. Hendaknya juga ingin memperbaiki Indonesia. Dalam kondisi yang carut-marut tidak karuan, harus ada seperangkat bangsa yang mampu.
Menurut ia, konsep yang terbagus untuk menyembuhkan bangsa yang ditawarkan seorang calon presiden, sudah semestinya mendapat dukungan. Tetapi kalau di tengah bangsa yang carut marut dan krisis ini, seorang capres inginnya cari tempat itu akan menyulitkan Indonesia. "Itu berdosa, rakyatnya tidak karuan, dia cuma pingin tempat bukan ingin memperbaiki rakyat," katanya.
Calon presiden yang yang mempunyai konsep bagus untuk menyembukan bangsa ini, yang menurut ia, sampai hari ini belum ada. Sementara dari capres yang ada saat ini, tidak ada yang memberitahukan kepadanya apa yang dia mau lakukan kalau jadi presiden, kecuali janji-janji. Padahal itu tidak bisa dengan
janji-janji, tetapi harus dengan konsepsi, harus dengan alat dukung, dan harus dengan tahapan dan sasaran.
Ia menambahkan, di dalam negeri yang sedang krisis diperlukan orang yang kuat, kapabel dan akseptabel. Artinya diterima rakyat banyak dan juga bersih. (cih) Â
Terpopuler
1
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
2
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
3
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
4
Khutbah Jumat: Menjaga Keluarga dari Konten Negatif di Era Media Sosial
5
PCNU Kota Bandung Luncurkan Business Center, Bangun Kemandirian Ekonomi Umat
6
Rezeki dari Cara yang Haram, Masihkah Disebut Pemberian Allah?
Terkini
Lihat Semua