Warta

Mantan Ketua PWNU Sumbar Jadi Guru Besar Pertanian

NU Online  ·  Kamis, 10 Juli 2008 | 20:10 WIB

Padang, NU Online
Mantan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Barat Prof. Dr. Ir. H. Kasli, MS dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Dalam Bidang Ilmu Fisiologi Tumbuhan pada Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.

Pengukuhan dilakukan dalam Rapat Senat Luar Biasa Universitas Andalas, Selasa (8/6) lalu. H Kasli menyampaikan pidato bertajuk “Penerapan SRI (The System of Rice Intensification) dalam Upaya Mencapai Swasembada Beras.”<>

Dalam pidato pengukuhan guru besar itu Prof. H Kasli menyampaikan, lebih dari separoh penduduk dunia membutuhkan beras sebagai bahan pangannya. Sementara ketidakmampuan laju produktivitas mengimbangi laju pertumbuhan penduduk menyebabkan ketergantungan bangsa ini kian hari semakin tinggi kepada negara lain.

Di Indonesia, sejarah keberhasilan swasembada beras pada tahun 1984 telah menjadi fenomena dan seolah sulit untuk dapat diwujudkan kembali. Hanya dalam waktu singkat kondisi tersebut sudah tidak dapat dipertahankan dan selanjutnya Indonesia kembali mengimpor untuk mencukupi kebutuhan beras.

Menurut H Kasli, perbaikan cara budidaya padi untuk meningkatkan produksi merupakan salah satu terobosan yang cukup memberi harapan. Salah satunya adalah dengan sistem SRI.

Dikatakannya, sistim budidaya SRI telah dilakukan dibeberapa negara dan di Indonesia berpotensi meningkatkan produktivitas sekitar 50-70% dibanding dengan budidaya cara konvensional. Budidaya SRI mudah diaplikasikan dan tidak memerlukan komponen yang rumit sehingga dapat dilakukan oleh petani.

Meskipun demikian, SRI saat ini belum tersosialisasi secara meluas kepada masyarakat petani sehingga memerlukan keterlibatan berbagai pihak terkait.

SRI merupakan sistem budidaya tanaman padi dengan mengelola kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik terutama di zone perakaran. Pengelolaan kondisi pertumbuhan tanaman padi dengan sistem ini intinya menerapkan empat komponen utama, yaitu (1) pemindahan bibit umur muda, (2) penanaman 1 bibit per titik tanam, (3) jarak tanam jarang, dan (4) air tidak tergenang terus menerus.

”Keempat komponen itu merupakan pengelolaan dasar sebagai pembeda antara budidaya padi SRI dengan sistem konvensional. Budidaya padi sistem konvensional menerapkan pemindahan bibit umur tua yaitu lebih dari 21 hari denganjumlah bibit lebih dari 3 bibit per rumpun, jarak tanam rapat, yaitu 25x25, 20x25, dan 20x 20 em dan lahan sawah selalu dalam kondisi tergenang,” katanya

Penerapan keempat komponen itu seeara terpadu dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada konvensional karena semua komponen itu bersifat sinergis antara satu dengan yang lain.

Keberhasilan budidaya padi dengan SRI telah terbukti juga di beberapa negara seperti Cina, Bangladesh, Filipina, India dan Srilanka dengan hasil 9-15 ton/ha; dan beberapa tempat di Indonesia dengan hasil 7-9 ton/ha. Di Sumatera Barat sendiri sudah dilakukan berbagai penelitian dan uji coba pada berbagai lokasi. Hasilnya SRI dapat meningkatkan hasil padi sawah sampai 6,8 ton GKG/ha.

Prof. Dr. Ir. H. Kasli, MS memimpin PWNU Sumatera Barat pada periode pengabdian 1999-2004. Setelah itu diangkat menjadi pengurus pusat Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP2NU). (nam)