Warta

Makna Kemerdekaan Sudah Terkikis

NU Online  ·  Ahad, 17 Agustus 2003 | 06:11 WIB

Jakarta, NU.Online
Makna kemerdekaan sekarang memang sudah terkikis. Pada masa revolusi, makna kemerdekaan hanya satu, yakni merdeka dari penjajahan. Sekarang ini, makna kemerdekaan berubah sesuai dengan kepentingan orang yang meneriakkan kemerdekaan, ungkap Ahmad Suhardjo, MS Dekan Fisip Undar Jombang.

Diakuinya selama bertahun-tahun acara menyambut kemerdekaan cenderung sekadar meneruskan sebuah tradisi—dengan kalangan penguasa meneruskan tradisi militeristik berupa upacara bendera dan kegaitan baris-berbaris, sementara rakyat mengisinya dengan lomba khas rakyat, panjat pinang, balap karung, makan krupuk, dan lain-lain. Lalu, bagaimana dengan pemaknaan ”merdeka” itu sendiri?, ungkapnya ketika dihubungi NU.Online.

<>

Ketika masa-masa awal republik ini, pasti masih banyak yang bisa mengenang bahwa momen seperti ini oleh Pemerintahan Presiden Soekarno pada masa itu digunakan untuk mengukuhkan pembangunan bangsa dan karakter bangsa. Istilah pada masa itu adalah ”nation and character building”. Kini, setelah perjalanan sekian waktu, zaman makin sulit, orang bertanya-tanya, apa sebetulnya akar persoalan di balik keterpurukan yang berlarut-larut ini, korupsi yang makin meruyak ke mana-mana, kebohongan yang makin menjadi-jadi ini, beberapa pulau menginginkan pisah dengan NKRI ?,  "kita sudah kehilangan cultural building, pemimpin kita tidak memberikan contoh dan tauladan yang baik, nasionalisme kita patut dipertanyakan," tegasnya.

Bangsa kita sudah kehilangan semangat nasionalisme, sudah luntur, Jika dulu ketika Bung Karno mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk secara ikhlas melepaskan identitas kepentingan suku bangsanya dan menggantinya dengan identitas baru (bangsa) demi menggapai kejayaan bangsa Indonesia. Ajakan tersebut disambut dengan dukungan politik yang menggema dari seluruh rakyat di Nusantara.

Namun sekarang ini mungkin situasinya dapat dikatakan sebaliknya. Bagi sebagian rakyat Indonesia (wilayah Indonesia) bergabung dalam ikatan NKRI adalah sebuah kerugian politik. NKRI bagi mereka bukan ikatan yang dapat memberikan manfaat politik dan ekonomi. Sementara himbauan untuk tetap sudi menjaga keutuhan bangsa bisa saja dirasakan sebagai bentuk tindakan represi untuk selalu tunduk terhadap pemerintah pusat.

Padahal di dalam pembukaan UUD 1945 menjelaskan bahwa ''pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah ingin menghantarkan rakyat Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan dengan selamat sentosa agar dapat membentuk sebuah tatanan masyarakat yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur''. Namun jika kemerdekaan yang sekarang ini diperoleh justru membuka perseteruan sesama kita yang mengarah pada disintegrasi bangsa maka kegelisahan yang terselip di dalam benak kita adalah ''apa makna kemerdekaan yang telah kita perjuangkan ?'' tanyanya

Ini memang sebuah ironi karena ketika usia kemerdekaan R.I. memasuki tahun ke- 58, kita sebagai bangsa masih menyisakan segudang persoalan dan celakanya para pemimpin kita cuma sibuk upacara. Jarang yang memikirkan hal-hal seperti itu, imbuhnya mengakhiri pembicaraan (Cih)