Warta

Mahasiswa Jurusan Ushuluddin Tidak Perlu Risau

NU Online  ·  Kamis, 17 November 2011 | 02:30 WIB

Pekalongan, NU Online
Para mahasiswa yang kuliah di jurusan Ushuluddin diminta tidak risau akan masa depannya. Pasalnya, meski berbeda dengan jurusan tarbiyah dan syari'ah, mahasiswa Ushuluddin memiliki tugas yang cukup berat, yakni menjadi pilar dari eksistensi perguruan tinggi agama Islam yang ada di Indonesia.

Hal tersebut dikatakan Dr Ade Dedi Rohayana, MAg. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan pada saat memberikan pengarahan pada acara pembukaan seminar nasional "Mengkaji ulang pemikiran Al Ghozali" yang digelar Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ushuluddin, Senin (14/11) di Aula STAIN Pekalongan.
 <>
Dikatakan, Jika Tarbiyah telah memiliki tempat di dunia pendidikan dan Syari'ah di bidang hakim, perbankan syari'ah. Akan tetapi meski tidak memiliki lahan yang jelas, alumni jurusan ushuluddin justru dapat bekerja di bidang pendidikan maupun kehakiman.  

Ade berpesan kepada mahasiswa Ushuluddin untuk tidak berkecil hati, hendaknya dalam mencari ilmu tidak berorientasi ke dunia kerja, akan tetapi murni mencari ilmu, sedangkan kerja merupakan efek samping dari mencari ilmu.

Dan inilah yang saat ini hilang di dunia pendidikan dan itu terjadi pada generasi muda dan masyarakat secara umum saat ini yang berfikir sangat pragmatis dan orientasi jangka pendek yang bersifat duniawi. Karena sesungguhnya, masa depan kita bukan kita yang menentukan, akan tetapi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Sementara itu, Ketua Jurusan Ushuluddin STAIN Pekalongan, Amat Zuhri, MAg mengatakan, seminar nasional dengan topik mengkaji ulang pemikiran Al Ghozali adalah sebuah upaya untuk mengetahui lebih detail pemikiran Al Ghozali yang sudah tidak asing bagi ummat Islam khususnya dunia pendidikan dalam hal pendidikan akhlaq.

Dikatakan, Kitab Ihya ulumuddin Al Ghozali tidak saja mengajarkan tentang akhlaq dan tasawuf saja, akan tetapi juga kontek budaya yang semuanya akan menjadi indah di setiap zamannya. 

Seminar nasional yang menghadirkan dua pembicara yakni KH Akrom Sofwan Mustasyar PCNU Kota Pekalongan yang juga tutor kitab Ihya Ulumuddin dan Habib Ismail Fajry Alatas doktor lulusan Universitas Michigam Amerika Serikat diikuti lebih dari 300 peserta dari kalangan dosen dan mahasiswa STAIN serta masyarakat umum di Kota Pekalongan dan sekitarnya.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Abdul Muis