Warta

Mahasiswa Baru RI di Mesir Capai Rekor Tertinggi

NU Online  ·  Kamis, 4 November 2004 | 10:07 WIB

Kairo, NU Online
Jumlah mahasiswa baru dari Indonesia untuk melanjutkan kuliah ke Mesir pada tahun akadamik 2004/2005 mencapai rekor tertinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. "Minat mahasiswa Indonesia untuk belajar ke Mesir pada tahun ini meningkat tajam, umumnya mereka terjun bebas, yakni dengan biaya sendiri tanpa beasiswa)," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo Slamet Soleh seperti dikutip ANTARA dari Kairo, Kamis (4/11).  

Data statistik di KBRI Kairo dan Persatuan Pelajar-Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir menyebutkan, jumlah mahasiswa baru pada tahun 2004 ini tercatat mencapai 1050 dibanding tahun lalu yang hanya sekitar 300 orang. Bahkan tahun-tahun sebelumnya sebelum krisis melanda Indonesia pun jumlahnya hanya berkisar antara 400-500 orang.

<>

Jumlah mahasiswa Indonesia ke Mesir pernah menurun tajam menyusul krisis ekonomi akhir 1997. Namun, dalam tiga tahun belakangan ini mulai menunjukkan meningkatnya minat mahasiswa ke negeri Seribu Menara itu, kata Soleh. Menurut dia, hampir semua mahasiswa baru itu telah tiba di Kairo untuk mengikuti kuliah yang tahun ajaran barunya mulai pertengahan September silam. Mahasiswa baru itu berasal dari hampir semua provinsi di Indonesia keculai Papua dan NTT.

Bahkan, mahasiswa asal Maluku yang sejak konflik etnis di sana tak lagi mengirim utusannya dalam beberapa tahun terakhir, namun tahun ini tercatat ada dua orang dari Pesantren Al-Khairaat Ternate, Maluku Utara. "Sedianya, ada empat mahasiswa baru dari Ternate, namun dua orang lainnya membatalkan keberangkatannya ke Mesir karena masalah persamaan ijazah," kata Izzul Islam, mahasiwa asal Pesantren Al-Khairaat Gorontalo.

Saat ini, total jumlah mahasiswa RI yang belajar di Mesir berkisar 2.700 orang. Hampir semua mahasiswa itu kuliah di Universitas Al-Azhar,dan hanya sebagian kecil di antaranya kuliah di beberapa universitas setempat, seperti Universitas Kairo, Universtias Ain Shams,Universitas Liga Arab, Institut (Mahad) Zamalik, dan Universitas Studi Islam Karachi cabang Kairo.  Sementara itu, jumlah mahasiwa baru tersebut, hanya sebagian kecil memperoleh beasiswa Universitas Al-Azhar, Mesir,  melalui Departemen Agama (Depag), yaitu 85 orang, dan selebihnya dijuluki sebagai terjun bebas alis biaya sendiri.

Menyangkut perekrutan mahasiswa baru penerima beasiswa Al-Azhar oleh Depag ini disoroti Ketua PPMI Mesir Suhartono. Menurut dia, ada sebagian mahasiswa kiriman Depag, khususnya program S-2 ketika tiba di Mesir menghadapi masalah. "Perekrutan pengiriman Depag atas mahasiswa baru penerima beasiswa Al-Azhar itu tidak cermat sehingga mereka tak bisa langsung melanjutkan kuliah setiba di Mesir," ujarnya merujuk pada persoalan serupa pada tahun-tahun sebelumnya yang membuat mereka terkatung-katung dan terpaksa kembali ke Indonesia tanpa kuliah.

Sedikitnya ada lima mahasiswa baru program S-2  kiriman Depag saat ini mengalami persoalan persamaan ijazah itu, ujar Suhartono pula. Kendati demikian, tambahnya, KBRI dan PPMI sedang berupaya untuk memecahkan persoalan tersebut. (atr/cih)