Kapitalisme dan liberalisme ekonomi yang terjadi di Indonesia, yang ditandai dengan kecenderungan menguatnya ekonomi yang lebih mengedepankan kekuatan modal, sangat merugikan rakyat kecil. Ekonomi rakyat kecil yang umumnya adalah Nahdliyin –sebutan warga Nahdlatul Ulama (NU)- semakin terjepit dengan semakin menjamurnya pasar-pasar milik pengusaha kakap baik dari dalam maupun luar negeri.
Demikian dikatakan Ketua Dewan Syariah Induk Koperasi Pondok Pesantren (Inkopontren) PBNU KH Faiz Sukron Makmun MA, saat ditemui NU Online di sela-sela mengisi materi Ahlussunnah Waljamaah pada kegiatan MAPABA Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Institut Pertanian Bogor (IPB), yang diselenggarakan di Pesantren Daarul Rahman Bogor, Ahad (18/5).<>
Faiz yang juga mantan Ketua Tanfidziyyah dan Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI-NU) Mesir mengatakan, dirinya merasa prihatin atas semakin menjamurnya pasar-pasar baik yang berkedok super market atau mini market, yang menjalar hingga ke tengah permukiman warga. Apalagi pasar-pasar jenis ini umumnya menjual kebutuhan konsumsi primer.
Hal tersebut, lanjut pria yang menamatkan Magister Ekonomi Syariah di Universitas Al-Azhar Kairo ini, sangat merugikan ekonomi rakyat kecil. Dengan menawarkan harga yang jauh lebih murah dan fasilitas layanan lebih baik, konsumen dipastikan akan lebih memilih belanja kebutuhan. Secara perlahan-lahan usaha rakyat kecil yang hidup di pinggiran, akan semakin tersisih dan terbunuh.
Faiz yang tercatat sebagai Direktur Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta ini menyebutkan, kehadiran supermareket seperti Carrefour, Gyant, dan Hypermarket, telah menyulitkan para pengusaha kecil dan pedagang eceran.
“Celakanya kini jenis pasar semacam ini semakin banyak. Bahkan mini market semacam Alfamaret dan Indomaret masuk hingga ke perkampungan dan ke tengah permukiman. Hal ini membuat rakyat kecil yang berada di pinggiran semakin terdesak,” papar putra mantan Ketua Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PP-LDNU) KH Syukron Makmun ini.
Karena itu, Faiz mengajak kader PMII dan generasi muda NU pada umumnya untuk merespons hal tersebut secara kriris. “Situasi ini perlu segera disikapi. Kita perlu mengadakan penelitian, untuk membuktikan apakah kekhawatiran semakin terdesaknya usaha rakyat kecil terbukti atau tidak? Kalau dampaknya negatif tentu harus ada follow-up lebih lanjut,” tegas dia.
Menurut Faiz, maraknya populasi mini market dan super market yang notabene dimiliki para pemilik modal, menunjukkan fundamentalisne pasar di Indonesia semakin tak terkendali. Jika hal ini terus dibiarkan, rakyat kecil akan semakin menjadi korban dan tidak berdaya menghadapi persaingan, yang membuatnya semakin jatuh dalam lubang kemiskinan. (hir)
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
3
Cerita Pasangan Gen Z Mantap Akhiri Lajang melalui Program Nikah Massal
4
Asap sebagai Tanda Kiamat dalam Hadits: Apakah Maksudnya Nuklir?
5
3 Pesan Penting bagi Pengamal Ratib Al-Haddad
6
Mimpi Lamaran, Menikah, dan Bercerai: Apa Artinya?
Terkini
Lihat Semua