Warta

Krisis Kepemimpinan Ulama harus Dipulihkan

NU Online  ·  Senin, 17 Agustus 2009 | 07:09 WIB

Jakarta, NU Online
Krisis kepemimpinan ulama yang ditandai dengan semakin tidak didengarnya nasehat dan petuah dari para ulama harus segera dipulihkan karena ulama adalah pewaris para nabi.

“Jika kita tidak mengikuti para ulama, siapa lagi yang akan kita ikuti,” kata Menteri Agama Maftuh Basyuni dalam acara penutupan acara “Anak Indonesia Kreatif dan Mandiri” yang diselenggarakan oleh Fatayat NU di Jakarta Islamic Center, Ahad (16/8).<>

Ia mengisahkan, saat masih berusia, muda, para ulama adalah orang yang sangat dihormati. Para santri berebut sisa makanan dan minuman para kiai dan ulama dengan harapan akan memperoleh berkahnya.

“Sekarang saja, omongannya tidak digubris, Kiai ngomong A, tindakan umatnya bisa Z,” tandasnya.

Maftuh juga menyatakan keprihatinan yang mendalam atas semakin maraknya tindakan kemaksiatan. “Sekarang kita mengalami kemunduran, masjid selalu penuh, tetapi tindakan yang tidak senonoh juga dilakukan,” terangnya.

Madrasah, Sekolah Plus

Dalam kesempatan yang sama, Menag juga menuturkan, madrasah adalah sekolah plus karena apa yang diajarkan di madrasah belum tentu diajarkan di sekolah umum, tetapi madrasah tetap mendapat materi yang sama dengan sekolah umum

Untuk mempercepat peningkatan kualitas madrasah, kini, sedang digalakkan pendirian madrasah unggulan di berbagai daerah.

“Saat ini Depag fokus pada pendidikan, acara seminar, lokakarya dikurangi. Kegiatan tidak dilakukan di hotel, tetapi cukup di asrama haji atau di Islamic Center untuk menghemat biaya,” paparnya.

Upaya mengejar ketertinggalan ini harus terus digalakkan mengingat 92 persen madrasah masih berstatus swasta dengan tingkat kualitas pendidikan yang beragam dan masih perlu ditingkatkan. (mkf)